Rabu, 26 Juni 2013

The Smell of Rain part 1



            “Aku suka bau hujan di perkebunan ini.”

Kata kata itu yang pertama kali meluncur dari bibirnya saat  kami tak sengaja bertemu di bawah pohon di tepi jalan saat hujan tiba tiba mengguyur sore itu. Aku hanya menoleh heran mendengar ucapanhya.
“emang hujan baunya apa?” tanyaku menanggapi ucapannya yang menurutku aneh. Karena hujan itu nggak ada baunya dimana pun itu. Kecuali di dekat comberan. Tapi itupun yang bau comberannya, bukan hujannya.

“apa kamu nggak bisa menciumnya?” lanjutnya.

“coba pejamkan matamu dan hirup udara dalam dalam. Kamu pasti akan mencium bau hujan.”

Tanpa berkata apapun aku menuruti anjurannya, menutup mataku dan menarik nafas dalam dalam, pelan,, tapi tak ada bau apapun. Segar memang, tapi tak ada bau apapun disana.

“aku tak mencium bau apapun.” Kataku saat membuka mata.

Dia hanya tersenyum. Untuk pertama kalinya aku sadar, bahwa orang yang ada di samping ku ini lumayan keren. Ah bukan, bukan lumayan, tapi sangat sangat keren. Senyumnya manis. Untuk sepersekian detik, aku terpana memandangi senyumnya.

“hujannya sudah reda, ayo lanjut jalan.” Katanya tanpa menjawab perkataanku.

“masih grimis.” Kataku ogah ogahan mengikuti langkahnya dari belakang.

“nggak apa apa, grimis kecil gini. sudah mulai gelap, kamu mau di situ sampai gelap?” tanyanya.

“nggak mau.” Jawabku sambil mengimbangi langkahnya.

Waktu berlalu dalam diam. Canggung karena kami tak saling mengenal.

“kamu bukan orang sini ya?” tanyaku membuka percakapan.

“setiap liburan aku selalu kemari, tapi baru kali ini aku melihatmu.” Lanjutku
Dia tersenyum lagi. “ya, aku memang bukan asli sini. Kebetulan ada urusan saja disini.” Jawabnya sambil tersenyum hangat. Ya hangat. Sangat hangat. Angin dingin pun tak mampu mengusik kehangatan senyumnya. Sekali lagi, aku terpesona dengan senyumannya itu.


“rumahku di dekat belokan itu.” Kataku saat kami hampir sampai di rumah.

“oh, yang itu. Aku tinggal di villa, masih agak jauh sih.” Katanya.

“ya sudah,, hati-hati.” Kataku mengakhiri percakapan canggung sore itu.

Lagi lagi dia hanya tersenyum sambil melenggang pergi. Aku memandangi kepergiannya, tak mau beranjak sedikitpun dari tempatku berdiri. Ya, sepertinya aku sudah tersihir oleh sosok yang baru ku kenal itu. Ah,, bahkan aku belum mengenalnya.

 “Ahhhhh, kenapa tadi aku nggak tanya namanya?”

“stupid, stupid, stupid!!!”

Besok aku mau ke perkebunan lagi. Mungkin saja bisa ketemu dia lagi. Ahh tak sabar menunggu besok. Sepertinya, liburan kali ini akan menyenangkan.

            Dan sore pun tiba. Seperti rencana, aku ke perkebunan lagi, sekedar melihat lihat orang yang sedang bekerja, sambil bermain main dengan rumput, sekali sekali melirik ke jalan, berharap sosok yang ku tunggu sudah muncul.

            Lama... tapi dia tak muncul muncul juga. Huft,, apa aku tidak bisa ketemu dia lagi? Akhhh, kenapa kemarin tidak kenalan dengannya? Nyesel! Nyesel! Nyesel!

“Nunggu aku ya nona manis?” sapa sebuah suara dari belakangku

“Ehmm?? Ah! Kamu..” pekikku spontan melihat hadirnya.

Sadar akan kekonyolanku, akupun menutup mulutku sambil menahan malu. Dia menertawankan tingkahku yang kelihatan banget kalo aku senang melihatnya.

“sesenang itu ya ketemu aku?” tanyanya sambil nyengir menggodaku.

“nggak! siapa yang seneng liat kamu?! Biasa saja.” Kataku sambil mengumpulkan sisa sisa gengsi yang ada dalam diriku.

Dia tertawa lagi. Sanggahanku malah semakin menguatkan kalo aku memang menunggunya. Ya,,, memang kenyataanya begitu.

Sadar kalo aku sangat malu. Dia berhenti tertawa, sekarang ganti dengan senyum. Ya, senyum itu lagi. Senyum yang membuatku tak sabar untuk bertemu dengannya lagi.

“mau pulang bareng?” tanyanya.

Aku hanya menjawab dengan senyum sambil melangkah ke sisinya, berjalan beriringan.

“kamu sering ke sini ya?” tanyaku.

“ehmmm, nggak juga. Sesekali saja kalo rindu.” Jawabnya.


“rindu?” tanyaku lagi.

“ya,, rindu dengan suasana di sini. Baunya, hangatnya, warnanya, semuanya aku suka.” Katanya.

“bau lagi,” keluhku.

Dia tertawa kecil menanggapi tingkahku. Aku beranikan diri untuk mengamatinya. Rambutnya, matanya, garis wajahnya, ahh, benar benar maha karya sempurna.

“ada yang salah di wajahku?” tanyanya tiba tiba.

Ohhh, tidak!! Dia tau aku dari tadi memperhatikannya.

“apa? Nggak ada apa apa tuh!” jawabku sok cuek menutupi rasa malu.

“Terus? Ngapain dari tadi ngeliatin aku terus?” tanyanya tak mau menyerah.

“siapa yang ngeliatin kamu? Aku lihat lihat pemandangan kok. GR saja.” Jawabku tak mau kalah.

“Memang pemandangan adanya disini?” tanyanya sambil menunjuk wajahnya sendiri.

“Sudah di bilang nggak ya nggak’.” Jawabku mulai kehabisan kata kata.

Tak mau memperpanjang perdebatan, dia pun mengalihkan pembicaraan.

“namamu siapa ya? Dari tadi kita ngobrol tapi tidak saling kenal.” Tanyanya.

Akhirnya, kata kata yang dari tadi aku tunggu keluar juga, kataku girang, tapi dalam hati. Hehehe.

“Nadya.” Jawabku sambil mengulurkan tangan.

“Rain.”jawabnya sambil menjabat tanganku.

“Rain?? Hujan gitu?” tanyaku heran mendengar namanya.

“iya, hujan. Kenapa?”tanyanya.

“ya aneh saja, masa nama artinya hujan sih?” jawabku.

“ibuku bilang, dulu pas aku lahir hujan deres banget, makanya asal di kasih nama rain. untung saja pake bahasa inggris, coba kalo pake bahasa indonesia? Lucu kan?”

“hahaha” aku terkekeh mendengar jawabannya.

“ehmmm, kamu orang mana?” tanyaku basa basi. Sebenarnya bukan basa basi tapi pengen tau beneran,. Hehehe. Kali saja deket rumahku yang di jakarta kan? Jadi kisah romantisnya bisa berlanjut... hahaha.


“aq orang jawa, asli pekalongan.”jawabnya singkat.

“pekalongan???” tanyaku terpekik.

“jauh bener. Terus disini tu ngapain?” lanjutku penasaran.

“Hahaha,, mau tahu saja si nona manis” jawabnya sambil mengacak acak rambutku.

Deg.. kaget. Tertegun dengan perlakuannya padaku.

Tapi.... SENENG.

Hening sejenak.

“Jadi? Disini ngapain?” tanyaku masih penasaran.

“ehmm,, liburan.. sama sepertimu.” Jawabnya sembari tersenyum lembut.

Sungguh kalau aku itu lilin, pasti langsung meleleh habis melihat wajah lembutnya itu. Ahh i’m going crazy. Ya aku memang mulai tergila gila dengan hujan, ups.. maksudku Rain.

“besok pagi sepedaan bareng yuk, aq pengen ke atas” kataku sambil menunjuk puncak bukit perkebunan itu.

Entah dari mana datangnya kata2 itu, tiba tiba sudah keluar saja dari mulutku. Wajahku merah padam. Apa apaan ini, aku ngajak kencan cowok yang baru aku kenal? Ahh bukan kencan sih, Cuma olahraga bareng. Tapi tetep saja namanya JALAN bareng.

Aku harap harap cemas menunngu jawabnya, mana dia menatapku lagi. Sumpah tanganku dingin banget. Ngapain juga dia pake lama banget jawabnya! Sengaja kali ya. Apa bingung kok ada cewek berani banget ngajak kencan orang baru kenal? Ahh sudahlah, sudah terlanjur di ucapkan juga, buat apa di pikirin terus.

“sepedaan ya.. ehmm boleh juga.” Jawabnya.

Hahhhh lega banget denger jawaban dia. Sekalipun malu yang penting kan ada hasilnya. Aku berusaha tersenyum senatural mungkin mendengar jawabannya. Meskipun sebenernya girang banget. Pengen jingkrak jingkrak sekalian.

Dan sore itupun berakhir dengan senyum bahagia di bibirku. Tak sabar menunggu pagi. Menghabiskan waktu dengan hujan yang sangat memikat hati. Hahaha aku lebih senang menyebutnya hujan daripada Rain.

                                                ******

Bersambung

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar