Selasa, 11 Juni 2013
Fairy tale chapter 12 the regulation
Kiara POV
" Ini dimana????" yang jelas ini pasti sebuah kamar tidur.
Ahhhhh. aku terdampar dimana lagiiiii!!!!
Baru juga semalam aku tidur nyenyak di kamarku sendiri, sekarang sudah di tempat antah berantah lagi.
Di lihat dari gaya bangunannya, sepertinya ini rumah orang kaya. atau peri kaya, atau.... ehhh,,, penduduk dunia kegelapan itu apa ya? hahhh, kapan kapan aku harus tanya Daniel!
Ranjang besar nan megah tergeletak kokoh di tengah ruangan. Di belakang ranjang ada jendela besar dengan kaca bening yang memperlihatkan halaman di depan kamarnya. Tapi? Kenapa di luar masih gelap? Bukannya saat aku berpindah tadi sudah pagi? Di samping kanan jendela ada lemari pakaian besar memanjang sampai di pojok ruangan. Lemari itu sangat cantik dengan ukiran ukiran indah yang menghiasi setiap jengkal daun pintu lemari itu.
Tunggu...
Ukiran itu, sepertinya aku pernah melihatnya..
Tapi dimana ya..
Tak jauh dari lemari pakaian ada sebuah pintu yang mengarah entah kemana. Di pintu itu juga ada ukiran yang sama dengan di lemari tadi.
Karena penasaran dengan ukiran itu, aku mendekati pintu itu dan menelusuri ukiran ukiran cantik itu dengan jemariku. Ahhh... kenapa aku tak bisa mengingatnya. dimana aku lihat ukiran seperti ini ya.
Cklik..
Terdengar suara daun pintu yang di putar. Seiring dengan terbukanya pintu yang sedang ku amati ini.
Oh tidak...
Apa yang harus ku lakukan???
sembunyi.. aku harus sembunyi sebelum pemilik kamar ini melihat keberadaanku.
Ahh.. masuk ke dalam lemari saja.
- - - - - - - -
Caith POV
" cit cit cit cit" Suara burung pipit selalu membangunkanku tiap pagi.
Ya.. memang kami para peri bisa berkomunikasi dengan hewan. Apalagi peri hutan, mereka bahkan bisa bicara dengan tumbuhan. meski peri hutan sedikit berbeda dengan peri lain, mereka bertubuh kecil bahkan aku bisa menangkupnya dengan kedua tanganku.
" Terima kasih, kau boleh pergi sekarang." Kataku pada burung pipit kesayanganku itu.
" Ahhh," Jeritku spontan saat aku melihat seseorang yang tidur dengan membungkus seluruh tubuhnya dengan selimut di sampingku.
Tidak ada yang berani tidur di ranjangku kecuali Veon. Tapi Veon sudah tidak tinggal di istana sejak bertahun tahun lalu.
" Berisik Caith." Kata seseorang yang sedang bergelung di dalam selimut.
Aku sangat hapal dengan suara ini.
... Daniel...
" Apa yang kau lakukan di kamarku??" Tanyaku sebal.
" Aku? Menginap disini." Kata Daniel dengan kepala menyembul dari balik selimutnya. Matanya masih terlihat mengantuk.
" Hahh??" Jadi semalaman aku tidur dengannya???
" Kenapa? Kita sesama lelaki. Tak kan terjadi apapun meskipun kita tidur seranjang." Kata Daniel yang kini duduk di hadapanku.
" Aku tidak yakin. Sekalipun aku belum pernah melihatmu punya pacar." Kataku mencoba meledeknya. Daniel memang gampang terpancing ketika digoda. Aku dan Alden suka sekali mempermainkannya.
" Sekalipun aku suka sesama lelaki aku takkan tertarik padamu Caith." Katanya enteng.
Kali ini benar benar kaget. Secara otomatis aku memundurkan dudukku.
" Hahahaha, kena kau." Kata Daniel tertawa puas. Tumben dia bisa membalasku.
" Lalu apa yang terjadi sampai kau menginap di kamarku?" Tanyaku menghentikan guyonan kami.
" Semalam Alden menggangguku. Jadi ya aku kabur kesini." Jawabnya sembari beranjak menuju kamar mandi.
" Ya sudah kau mandi dulu saja, aku mau ke dapur minta disiapkan satu porsi lagi untukmu." Kataku sambil beranjak keluar kamar.
Di istana memang berbeda dengan rumah peri yang lain. Kami punya kamar mandi pribadi. Bunga flos aquae hanya tumbuh di tempat tertentu, tapi di istana bunga ini ada di setiap kamar. Kami para peri menggunakan bunga ini untuk mandi. Seperti mengerti apa yang kami inginkan. Setiap kami berada di bawah tangkainya, bunga ini akan mengeluarkan air wangi dengan sendirinya.
.......
" Ayo, ayah dan ibu sudah menunggu di ruang makan." Kataku ketika aku selesai mandi.
" Aku kan sudah bilang tak usah sarapan, percuma aku sarapan disini, takkan kenyang." Kata Daniel menggerutu. Makanan kami memang berbeda dengan manusia. Kami hanya makan biji bijian, buah dan sayuran. Seperti yang kalian tahu. Kami bisa berkomunikasi dengan hewan, jadi tidak mungkin kami memakannya.
Dan biasanya kami langsung makan makanan kami tanpa memasaknya terlebih dahulu. Hanya beberapa bahan yang memang perlu di olah khusus.
" Aku sudah terlanjur bilang pada ibu kalau kau mampir kemari, jadi sempatkanlah sarapan dulu." Kataku membujuk Daniel.
" Baiklah." Jawab Daniel sambil mengekoriku menuju ruang makan.
- - - - - - - - - - -
Kiara POV
" Nona.. sampai kapan kau mau berada di dalam lemari? Aku bahkan sudah melihatmu sebelum kau berhasil masuk ke dalam sana. Kalau mau bersembunyi, seharusnya kau lari lebih cepat." Kata sebuah suara yang baru saja masuk dari balik pintu.
Aishhh, aku terlalu malu untuk keluar, tapi juga tak bisa berada di dalam sini selamanya. Belum lagi bagaimana reaksinya melihatku nanti, orang asing yang tiba tiba berada di dalam kamarnya. dan lagi aku ini manusia.
" Apa kau mau disana terus? Aku mau ganti baju jadi tutup matamu dulu ya, Aku terbiasa membuka seluruh pintu lemariku saat ganti baju, untuk memilih setelan yang pas di pakai hari ini."
" Baiklah! Aku akan keluar." Kataku akhirnya.
Hahhh, apa aku akan melihat peri lagi? Atau ini di dunia yang berbeda lagi? Jangan jangan di depanku ini adalah manusia setengah hewan? Atau.... Hantu????
Dan.. saat aku berhasil keluar dari dalam lemari.. di depanku.. berdiri sesosok laki laki berbadan tinggi tegap. Well. tubuhnya memang terlihat seperti manusia biasa. Tapi,,, kenapa dia hanya pakai handuk???
" Kyaaaa." Jeritku spontan.
" Ratu? Kenapa ada di sini?" Kata cowok itu kaget melihatku.
" Tacitus." Katanya lagi sambil menggerakkan tangannya di depanku. Dan seketika mulutku terkatup rapat. Kenapa denganku? Apa dia baru saja menggunakan sihir??
" emmm emm emmmemm emem." Kataku dengan mulut masih terkatup rapat. Bibirku sama sekali tak bisa di buka sedikitpun. Maksudku ingin mengatakan cepat lepaskan sihirmu, tapi yang keluar hanyalah gumaman.
" Maafkan aku ratu, tapi aku tak ingin ada yang tahu keberadaanmu disini." Katanya dengan senyum manis yang,,, sepertinya aku pernah melihatnya...
Seperti dapat membaca kebingungan di wajahku, dia langsung menjawab tanyaku tanpa di minta.
" Ini aku, Alden. Pemegang kunci dari dunia gelap. Ratuku." Katanya dengan kepala sedikit di tundukkan tanda hormat.
Ahh, iya. Kenapa aku menjadi pelupa seperti ini ya. Lagipula cowok sekeren ini terlalu sayang untuk di lupakan. hehehe.
" Ratu, tolong menghadap ke tembok sebentar, aku ingin ganti baju." Kata Alden dengan nada memerintah. Apa apaan itu? Bukankah aku ratunya? Kenapa dia memerintahku seperti itu?
" Atau ratu ingin melihatku ganti baju?" Tanyanya dengan senyum jahil yang menawan.
" ehhmmmm." Gumamku dengan mata melotot. Ingin sekali aku berteriak. Awas kau nanti! Dan sejurus kemudian aku langsung menghadap tembok sambil menutup mata.
" hahahaha." Terdengar dia terhadap puas mengerjaiku.
.......
" Silahkan duduk ratuku." Katanya ketika selesai mengganti baju dan menarikkanku sebuah kursi.
Lagi lagi dengan hiasan ukiran indah yang entah aku pernah melihatnya dimana.
Aku duduk tanpa mengatakan apapun. Ya.. aku memang sedang tak bisa bicara.
Alden menarik sebuah kursi lagi dan duduk di hadapanku.
" Baiklah ratuku. Aku akan melepaskan sihirku, tapi barjanjilah kau tidak akan berteriak seperti tadi." Katanya dengan nada berwibawa.
Aku menjawabnya dengan anggukan mantap.
" Magia est amitti." Katanya sambil mengayunkan lengan di depanku.
" A.." Aku mencoba menggerakkan bibirku dan ternyata sudah kembali seperti semula.
" Terima kasih." Kataku sambil tersenyum semanis mungkin.
Alden membalas senyumku dengan senyuman maut yang menawan hati. Hahhh kenapa ada orang yang bisa tersenyum sesempurna itu. Ohh, aku lupa, dia bukan manusia.
" Jadi? Apa yang membawamu kemari ratuku?"
" ehm, aku tadi ingin mencari Daniel, tapi tiba tiba tubuhku serasa di sedot dan entah bagaimana aku sudah ada disini." Jelasku.
" Apa liontin Daniel masih ada pada ratu?" Tanya Alden.
" Tidak." Jawabku singkat.
" Hemm, menarik."
" eh? Apanya yang menarik?" Tanyaku heran?
" Gaun tidurmu ratuku."
" Oh." Aku mendadak menjadi sangat malu. Aku memang masih memakai gaun tidur yang... ahhhh... aku ingin menghilang sekarang juga.
" hahahaha. Wajah ratu sangat menggemaskan saat memerah seperti itu." Katanya dengan tatapan jahil.
Aku melotot kepadanya.
" Iya iya maaf ratuku. Jadi sekarang kita ke tempat Daniel saja, bagaimana?" Tanya Alden memberi saran.
" Tidak dengan pakaian seperti ini." Kataku cemberut.
" Masalah itu tak usah khawatir ratuku. Immutare." Kata Alden yang lagi lagi menyihirku.
Seketika gaun tidur putihku yang tanpa lengan dan hanya sebatas paha berubah menjadi gaun pesta sebatas lutut warna pink pucat dengan detail bunga bunga kecil merah di bagian bawahnya.
Sangat cantik. Ini gaun terindah yang pernah ku kenakan seumur hidupku.
" Gaun cantik untuk ratuku yang cantik." Kata Alden dengan tatapan yang menurutku seperti terpesona padaku. hehehe.
" Ya sudah, ayo ke tempat Daniel." Kataku sebelum pipiku berubah merah di tatap seperti itu.
" Kemarikan tanganmu ratu." Kata Alden sambil mengulurkan tangannya seperti hendak mengajak berdansa. Ya.. dia memang memiliki pesona seorang bangsawan dengan sikap yang matang dan berwibawa. Bahkan caranya melangkahpun seperti sudah di perhitungkan dengan sangat detail.
Aku menyambut tangannya dengan seanggun mungkin.
" Daniel." Katanya pelan.
Cahaya putih itu keluar dari liontin Alden dan langsung menyelimuti tubuh kami. Seketika kami berada di hadapan Daniel..
Tapi...
Tak hanya ada Daniel disana..
Ini juga bukan rumah Daniel.
Daniel duduk di depan meja makan panjang dengan banyak kursi di kanan kirinya. Seluruh tembok ruangan ini terbuat dari batu. Dengan jendela jendela besar megah yang mempertontonkan taman yang terhampar luas.
Aku yakin ini dunia peri. Karena di samping Daniel duduklah Caith dengan ekspresi heran yang sangat lucu. Di ujung meja ada seorang laki laki seumuran papa duduk dengan mahkota bertenger cantik di atas kepalanya. Pasti dia ayah Caith, raja dunia peri. Dan di sisi seberang, tepat di hadapan Caith duduk seorang wanita yang sangat cantik yang aku yakin itu adalah ibunda Caith meski beliau masih terlihat muda.
" Ratu? Kenapa kemari sepagi ini?" Tanya Caith masih dengan wajah herannya.
" Dan kenapa kau bisa bersamanya al?" Tanya Daniel pada Alden dengan tatapan yang menusuk.
" ehm? tadi ratu berkunjung ke kamarku, katanya mau mencarimu tapi tersesat sampai ke tempatku." Jawab Alden enteng.
" Kamarmu?" Tanya Daniel dan Caith serempak.
" Iya." Jawab Alden tanpa beban.
" Kalian berdua duduklah dulu." Kata ibu Caith dengan sangat lembut.
" Terima kasih ratu Kayla." Kata Alden dengan senyum menawannya.
" Jadi siapakah nona cantik ini?" Tanya ayah Caith ketika aku dan alden sudah duduk di samping Daniel.
" Dia Kiara, Ratu tiga dunia, raja Eferhard." Jawab Alden yang lagi lagi membuatku kagum dengan sikapnya.
" Ratu tiga dunia?" Gumam ratu Kayla tercengang mendengar pernyataan Alden, tapi sejurus kemudian dia tersenyum manis. Veon, cara ratu kayla tersenyum sama seperti Veon. Ahh, aku jadi rindu pada peri yang satu itu.
Melihat istana ini, sangat bertolak belakang dengan tempat tinggal Veon sekarang. Veon pasti bersusah payah menyesuaikan hidup dengan keadaan sderhana seperti itu.
" Senang bisa bertemu denganmu ratu. Ini suatu kebanggaan bagi saya. Tidak semua pemegang kunci bisa bertemu dengan ratu." Kata ratu Kayla dengan khidmad.
Aku tidak mengerti? Harusnya yang berkata begitu kan raja Eferhard.
" Kau pasti berpikir pemegang kunci sebelumku adalah ayah kan ratu? hehehe kau terkecoh." Kata Caith.
" Jadi ratu kayla dulu juga pemegang kunci? Wahh hebat." Kataku kagum.
" Bukan masalah hebat atau tidak, kemampuan sebagai pemegang kunci di turunkan turun temurun kepada anak pertama di keluarga kami. Kebetulan saja saya adalah anak pertama, jadi sayalah yang menjadi pemegang kunci." Cerita ratu Kayla.
" Tetap saja bagiku ratu sangat hebat." Kataku penuh senyum.
" Tentu saja ratuku yang lebih hebat. Tugas dan tanggung jawab ratu jauh lebih besar di bandingkan pemegang kunci." Kata ratu Kayla.
Aku seakan tersadar. Benar juga. Ada hal besar yang sedang menungguku di depan sana. Siap atau tidak semua itu akan di bebankan kepadaku nantinya.
" Lalu, sebenarnya ada apa kau mencariku ra?" Tanya Daniel kemudian.
" Ah iya, tadi pagi, saat aku bangun tidur, seluruh interior di kamarku sudah berubah semua. Apa sebenarnya yang terjadi?" Tanyaku.
" hehehe. Ratu... emmm... Itu sebenarnya aku yang mengubahnya." Kata Alden dengan cengengesan.
" Alden??" Tanya aku, Daniel dan Caith bersamaan.
" Maaf ratu, habis aku sebal sama Daniel. Dia meninggalkanku begitu saja, padahal aku sedang butuh teman, makanya aku mengunjungimu tadi maalm." Kata Alden sedikit merajuk. Hahh imagenya yang dewasa dan bijaksana hilang sudah, sekarang dia benar benar terlihat sangat kekanakan.
" Kau malam malam masuk ke kamar ratu?" Tanya Daniel tak percaya.
" Iya, salahmu, kau meninggalkanku sendiri." Kata Alden masih dengan sikap anak kecilnya.
" Kau tahu itu tidak sopan Al!" Kali ini Caith yang bersuara.
" Ratuuu... Kau mau memaafkanku kan? Aku hanya ingin mengunjungimu, hanya waktunya saja yang tidak tepat. Lagipula aku sudah mengubah perabotanmu jadi lebih indah." Kata Alden merayuku.
Ah, aku ingat sekarang, ukiran yang ku lihat di kamar Alden sama persis dengan ukiran yang ada di kamarku. Huhh dasar tidak kreatif.
" Ratuu..uuu maaf ya..." Kata alden merengek.
" Iya tidak apa apa, tapi jangan sembarangan masuk kamarku tanpa ijin lagi." Jawabku tenang.
" Terima kasih ratuku." Kata alden sambil mengambil tangan kananku lalu menciumnya.
Oh.. sikap Alden benar benar sangat manis.
Baru saja Alden meletakkan tanganku kembali, tiba tiba Daniel memegang tanganku dan menarikku berdiri.
" Ayo Kiara, sudah hampir jam 7. Kita harus berangkat sekolah." Kata Daniel tanpa memandangku.
" kami undur diri dulu." Kata Daniel sambil menggenggam liontinya.
Dia selalu seperti ini. Dasar cowok jutek menyebalkan!!!
- - - - - - - - - - -
Author POV
" Apa kau memikirkan apa yang ku pikirkan Caith?" Tanya Alden saat mereka berdua sudah berada di kamar Caith.
" Tentang apa?" Tanya Caith.
" Daniel. Yang aku lihat, sepertinya dia menyukai ratu kita." Kata Alden.
" Ya, aku juga berpikir begitu." Kata Caith sambil memandang ke luar jendela.
" Kau ingat cerita Daniel tentang teman sekelasnya yang pingsan karena gelap itu kan? Cinta pertama Daniel?" Tanya Alden sambil ikut berdiri di samping Caith.
" Tentu. Apa menurutmu gadis itu adalah ratu?" Tanya Caith.
" Ku pikir begitu." Jawab Alden.
" Kasihan Daniel. Dia pasti sangat stres sekarang." Kata Caith sendu.
" Sayang.. tak ada yang bisa kita lakukan." Gumam Alden pelan.
" Ku pikir ada." Kata Caith kemudian.
" Apa?" Tanya Alden sambil mengangkat sebelah alisnya.
" Peraturan itu dulu di buat oleh para pemegang kunci kan? Kita bertiga juga pemegang kunci. Kita juga bisa membatalkan peraturan itu Al." Kata Caith menggebu gebu.
" Jadi maksudmu, kita akan membatalkan peraturan tentang pemegang kunci yang tidak boleh menikah dengan ratu?" Tanya Alden sejelas mungkin.
" Tepat sekali." Jawab Caith mantap.
* * * * * * * * * *
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar