Senin, 10 Juni 2013
Fairy tale chapter 11 Magic
Daniel POV
" Daniellllll....." Bisik sebuah suara tepat di samping telingaku.
hahhh, menyebalkan. Baru beberapa menit aku terpejam kenapa ada saja yang datang mengganggu tidurku.
" Apa yang kau lakukan disini? Ini sudah larut malam." Kataku gusar sambil membungkus tubuhku dengan selimut, berharap dia segera pergi.
" Ahhhh, kau tidak setia kawan! Aku sedang butuh teman bicara." Kata Alden yang sebal aku tak kunjung keluar dari balik selimut. Dia itu, kadang kadang sangat dewasa dan bijak. Tapi kalau sedang keluar manjanya ya seperti ini. Benar benar seperti balita yang menyusahkan.
" Ke tempat Caith saja sana." Kataku masih dari dalam selimut.
" AKu rindu padamu, kenapa aku harus menemui Caith." Kata Alden.
Kata katanya sukses membuatku merinding. Apa apaan coba? Rindu? Kita kan sesama lelaki.
" Apa maksudmu rindu?" Kataku sambil bangun, meski selimut tetap membungkus tubuhku. Aku duduk dengan hanya wajahku yang terlihat..
' Iya, aku rindu padamu." Kata Alden yang sekarang duduk tepat di hadapanku.
Alden mengangkat tanganya setinggi dadaku, lalu mengucapkan sesuatu yang entah apa, aku tak mendengarnya. dan seketika itu pula, selimutku terbang di atas kepalaku.
" Apa yang kau lakukan?" Kataku sedikit terpekik.
" Apa? Aku hanya melepas selimutmu. Bukankah sudah ku katakan,,, Aku... R.I.N.D.U padamuuuu." Kata Alden sambil menggeser duduknya lebih dekat kepadaku.
" Cepat kembalikan selimutku, aku kedinginan!" Kataku sedikit membentak.
" Dingin ya? Aku bisa menghangatkanmu." Kata Alden dengan senyum yang tak bisa ku artikan.
" ALDEN!!!" Kali ini aku benar benar berteriak. Ya,,, memang... Aku PANIK!!
" Hahahahahahahaha." Alden tertawa terbahak bahak.
Aku menatapnya bingung. Jangan jangan....
" Kau selalu mudah di kerjai Daniel... Hahahaha... Menyenangkan sekali menggodamu seperti itu. hahahahaha." Alden terus tertawa sambil memegangi perutnya.
Ah,, sial... Kenapa aku selalu tertipu seperti ini. Menyebalkan...
" Cepat kembalikan selimutku." Kataku sambil cemberut.
" Hei, kenapa kau marah, aku hanya bercanda." Kata Alden sedikit khawatir, dia pikir aku benar benar marah.
" Kembalikan selimutku." Kataku masih cemberut.
" Baiklah baiklah. sudah jangan marah begitu." Katanya sambil menurunkan selimutku tepat diatas kepalaku. dan menutupi seluruh tubuhku.
" Hahahahahaha..." Dia kembali tertawa melihatku tertutup selimut karena ulahnya.
Huhh, dia pikir hanya dia yang bisa bercanda! Aku juga bisa.
Aku menggenggam erat liontinku.
" Caith." Bisikku pelan.
Seketika aku sudah ada di sisi ranjang Caith yang sudah terlelap dalam tidurnya.
Tanpa mengatakan apa apa aku langsung tidur di sampingnya. Terserah kalau nanti dia terbangun, aku benar benar sangat lelah. Aku hanya ingin segera tidur.
- - - - - - - -
Alden POV
" Lho?"
" Kemana si Daniel? Kok ngilang?" Kenapa cuma ada selimutnya ya? Apa aku salah mengucap mantra sihir? Ah tidak mungkin.
" Ah.. Pasti dia menggunakan kunci dan pindah ke dunia lain."
" Pasti ke tempat Caith." Dasar Daniel tidak setia kawan. Huhhh.
" A ha."
" Ke tempat ratu saja. Dia sudah tidur belum ya?" hemm, pasti menyenangkan menemui ratu.
" Baiklah.. aku akan kembali ke duniaku dulu lalu aku akan ke tempat ratu. Hihihi senangnya,,,"
" Kamarku."
....
" Aku perlu ganti baju tidak ya? Ahhh kenapa aku berdebar debar." Sudah selarut ini ratu mungkin sudah tidur. Tapi aku benar benar ingin melihatnya.
Sudahlah, yang penting aku kesana dulu.
" Ratu."
.....
Jadi seperti ini kamar ratu? Lumayan besar. Lebih luas di banding kamar Daniel.
Hemm, baby pink,, kesannya jadi sangat lembut. sangat cocok untuk ratu.
" Ehhh?" Kenapa perabotan dikamar ratu kotak kotak begini semua? meja persegi coklat polos. Lemari juga kotak crem polos.
Ckckck. ini terlalu biasa untuk jadi perabotan di kamar ratu. Ratu harus memiliki perabot yang lebih mewah dari semua ini.
" ehmm,,, mungkin aku harus gunakan sedikit sihirku untuk ratu." Hitung hitung ini pelayanan pertamaku untuk ratuku.
" Pertama untuk lemari... Immutare."
" Sempurna... selanjutnya, meja... Immutare."
" Hemm bagus bagus. Lalu cermin rias,,, Immutare."
" Sekarang ranjangnya... Oh? Kenapa ada empat orang disini? Apa ini saudara ratu?"
" Wahh, semuanya perempuan. Tapi tetap ratuku yang tercantik."
" Ehh, Wajah ratu saat tidur benar benar,,, pasti semua lelaki akan berdesir hatinya. Membuat semua orang ingin melindunginya." Aku mengerti sekarang kenapa Veon sampai jatuh cinta pada sang ratu.
Ahhh, tidak boleh memandangnya terlalu lama, dia adalah ratu. Ingat itu Alden.
" Cepat mengubah ranjangnya setelah itu pulang... Immutare."
Okay perfect.
" Alden undur diri ya Ratuku."
- - - - - - - - - - - - - -
Veon POV
" Ahhhh... Mataku sama sekali tak bisa terpejam."
" Kiara... Ternyata kau seorang ratu.."
Harusnya aku sadar dari awal, bagaimana mungkin ada manusia biasa yang bisa berada di dunia peri.
hehhh aku memang bodoh. Benar yang di katakan kakak, bisaku hanya membuat kekacauan.
Memang tak seharusnya aku jatuh cinta padamu Kiara, sekalipun kau bukan ratu.. Kau tetaplah manusia, tapi sungguh aku tak dapat mengendalikan perasaanku sendiri.
Mau bagaimana lagi? Aku sudah terlanjur mencintaimu. Cinta yang teramat mendalam.
Kalau ayah sudah tahu aku jatuh cinta pada ratu. Mungkin aku akan di buang ke luar negeri, atau mungkin di penjara. Entahlah,,, sepertinya kakak belum mengatakan apapun pada ayah.
" Kiara...."
Semoga benar kamu adalah jodohku. Kalau tidak, entah apa yang akan ku alami, hidup tanpa seseorang yang kelak mendampingiku. Peri hanya jatuh cinta sekali seumur hidup, dan aku sudah jatuh cinta padamu...
Tapi...
Setahuku manusia bisa jatuh cinta berkali kali,
Tidak apa apa, asal aku bisa jadi salah satu di antara banyak orang yang kau cintai itu sudah cukup. tidak apa apa, asal aku pernah berada di dalam hatimu, itu sudah cukup.
Tidak apa apa, walaupun sejenak, asal aku bisa berada di sisimu, itu juga cukup. Agar selanjutnya aku bisa hidup dengan kenangan itu. Meski nantinya aku tak dapat bersamamu, asal aku punya kenangan manis di antara kita, itu cukup membuatku bahagia.
" Kiara...."
Aku tak dapat berhenti mencintaimu...
- - - - - - - - - -
Elden POV
" Lho? Kakak tak ada di kamar? Dimana dia selarut ini?"
ahh sayang sekali, padahal aku ingin mendengar cerita tentang ratu.
Ya sudah, tidur saja.
Kau, dekatilah sang ratu, buat dia jatuh cinta padamu.
Kenapa ayah memintaku melakukan hal seperti itu. Bagaimana mungkin aku menggoda sang ratu. Apa kak Alden sudah tahu tentang hal ini?
Hufttt, sebenarnya apa yang ayah rencanakan sih? Membuatku pusing saja.
" El? Kenapa tidur di kamarku?" Suara kak Alden mebuyarkan lamunanku.
" Kakak sudah pulang. Aku menunggumu." Kataku girang.
" Eh?" Gumam kakak sambil mengangkat 1 alisnya. Entah bagaimana kakak melakukannya, aku tak pernah bisa mengangkat alisku seperti yang di lakukan kakak.
" Cepat ceritakan tentang ratu kak." Kataku tak sabar.
" Kau sudah tahu? Aku kan belum cerita." Kata kak Alden heran.
" Ayah yang cerita padaku. Apakah dia cantik?" Tanyaku penuh semangat.
" Hemm, tentu. Sangat cantik dan menyenangkan. Auranya begitu memikat." Kata kak Alden penuh senyum.
" Dia dari dunia mana?" Tanyaku lagi.
" Manusia." Jawab kakak singkat.
" Benarkah? Undanglah dia kesini. Aku ingin sekali melihatnya." Kataku sedikit merengek. Baiklah, beda umur kami memang hanya 30 menit tapi aku benar benar kekanakan di banding kakakku. Walau sebenarnya kakakku juga kadang muncul sifat anak kecilnya.
" Hahaha, sabarlah el, kau pasti akan menyukainya." Kata kakak.
" Kak..." Kataku sengaja menggantung kalimatku.
" Ya?" Jawab kakak santai.
" Tadi ayah memintaku melakukan sesuatu." Kataku pelan.
" Apa? Sekolah ke luar negeri lagi? Tanya kakak sambil merebahkan tubuhnya di ranjang. Dia tampak lelah.
" Bukan itu. Tadi... Ayah memintaku untuk merayu sang ratu agar jatuh cinta padaku." Kataku lambat.
" Apa???" Seperti dugaanku, kak Alden langsung emosi mendengarnya.
Dia langsung bangkit dari ranjangnya dan berjalan keluar kamar.
" Kakak? Mau kemana?" Kataku sambil mengikuti langkah kak Alden dari belakang.
Kak Alden tak mengatakan sepatah katakan. Hanya terus berjalan sambil mengepalkan kedua tanganya. Kelihatan sekali kalau dia sedang marah.
Sampai di depan ruangan ayah kakak langsung membuka pintu tanpa mengetuknya dulu. Padahal ini sudah larut malam. Kakak mengabaikan kesopanan begitu saja.
" Kenapa ayah bertingkah seperti itu?" Tanya kak Alden setengah berteriak. Wajahnya mengeras menahan marah.
" Apa yang kau lakukan larut malam begini Al?" Itu suara ibu, terlihat cemas.
" Jawab aku ayah." Kata kakak masih dengan kemarahan yang sama.
" Sudah jelas kan, jangan mau kalah dengan dunia peri. Mereka saja menginginkan ratu, kenapa kita tak bisa melakukan hal yang sama?" Kata ayah enteng.
" Aku mengenal Caith dan Veon dengan baik. Cinta Veon bukan rekayasa seperti yang ayah katakan. Dia benar benar jatuh cinta pada ratu." Kata kakak masih dengan kemarahannya yang memuncak.
Apa tadi katanya? Veon jatuh cinta pada ratu? Pada manusia? Bagaimana bisa?
" Entah itu rekayasa atau bukan. Kalau mereka berhasil memiliki ratu, maka ratu ada di pihak mereka. Dan kita? Tak akan punya apa apa jika kita tidak bertindak." Kata ayah dengan nada menyebalkan bagiku.
" Apa ayah ingin perang seribu tahun lalu terulang kembali? Hanya karena untuk memperebutkan sang ratu kita harus mengorbankan semuanya?" Kata kakak dengan mata berkilat penuh kemarahan.
" Kalau itu memang perlu." Kata ayah dengan nada bicara semakin menyebalkan."
" Ayah!!" Bentak kak Alden.
" Buka matamu! Ratu berasal dari dunia manusia, dan dia akan menikah dengan Veon. Jadi kedudukan dunia manusia dan dunia peri akan sangat kuat, sedangkan kita? Kita tak kan di anggap oleh sang ratu." Kata ayah panjang lebar.
" Itu tak akan terjadi ayah. Aku sangat mengenal Caith dan Daniel. Mereka tak kan melakukan apapun yang akan mencelakai dunia kita." Jawab kakak.
" Tapi kau tak mengenal sang ratu!" Kata ayah.
" Aku akan mengenalnya. Dan akan ku pastikan tak kan ada hal seperti yang di takutkan ayah." Kata kak Alden mantab.
" Kalau ternyata kau salah?" Kata ayah.
" Aku sendiri yang akan menanganinya." Kata kakak dengan nada penuh penguasa. Dia benar benar sudah siap menggantikan posisi ayah. Dia terlihat dewasa dan bijaksana.
Ayah hanya diam tak merespon kalimat kakak. Lalu kakak keluar meninggalkan ruangan ayah dengan langkah lebar lebar. Dia terlihat benar benar muak.
" El." Panggil ayah pelan ketika aku hendak keluar menuju kamarku.
" Iya ayah." Jawabku.
" Tetaplah laksanakan perintah ayah. Tak perlu beritahu Alden tentang ini." Kata ayah.
" Tapi ayah, kak Alden bilang...." Belum selesai aku bicara, ayah langsung memotongnya.
" Ini perintah ayah, jangan membantah. Pelan pelan saja, senatural mungkin. jangan biarkan alden tahu." Kata ayah lagi.
Aku hanya mengangguk kecil dan meninggalkan ruangan ayah.
Aku memang tak pernah bisa membantah ayah seperti kakak. hahh,,, Aku payah kan?
- - - - - - - - -
" Hoammm..." Uhh masih mengantuk rasanya. Badanku serasa remuk, sakit semua. Mungkin karena kelelahan dan stres selama 2 hari ini.
Sarah dan Vina masih terlelap di sisi kanan dan kiriku. Sedangkan Vani juga baru bangun. Aku sendiri malas mengangkat tubuhku untuk sekedar duduk di ranjang. Masih nyaman rasanya bergelung di dalam selimut.
" Ra.. Kita ada di mana?" Tanya Vani dengan wajah bingung bercampur panik.
" Apa maksudmu, tentu saja kita di ka..." Kata kataku terputus saat aku melihat sekelilingku. Ini memang kamarku, tapi semua perabotannya.... Semuanya berbeda....
" Apa yang terjadi???" Jeritku tanpa sadar.
" Apaan sih ra? pagi pagi sudah ribut." Kata Vina yang baru terbangun karena jeritanku. Sarah juga menggeliat sebal.
" Ada apa sayang?" Kata mama sambil membuka pintu kamarku lebar, papa menyusul di belakangnya.
" Kamarku.." Kataku bingung.
" Apa mungkin ini ada hubungannya dengan statusmu sebagai ratu?" Kata Vina spontan.
" Ahh, benar, mungkin saja. Aku akan ke tempat Daniel." Kataku penuh semangat.
Sampai tiba tiba tubuhku rasanya seperti di sedot oleh sesuatu. Cahaya putih itu keluar lagi.
Bagaimana mungkin?? Aku bahkan tak memegang liontin Daniel.
Dan dalam sekejap aku kembali berada di tempat asing.
" Dimana lagi iniiiii????" Jeritku putus asa.
* * * * * * * * * * * * *
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar