Jumat, 14 Juni 2013
Fairy tale Chapter 15 Loving you
Alden POV
Tok tok tok
Terdengar ketukan dari pintu kamarku.
Ah,,, baru saja aku ingin tidur. Ada saja yang mengganggu.
" Siapa?" Tanyaku malas.
" Aku kak, Elden." Jawabnya sambil melongokkan kepalanya dari balik pintu.
" Masuklah." Kataku sambil berbaring.
" Kakak lelah ya? Ayah memanggilmu kak. Tadi kami menunggumu di meja makan, tapi kakak tidak datang datang." Kata el.
" Ada perlu apa ayah mencariku?" Tanyaku malas. Sejak kami bertengkar malam itu, aku belum bicara pada ayah sama sekali.
" Mana ku tahu. Ayo kak, ayah menunggu di ruang keluarga." Ajak el sambil menarikku bangun.
Dengan malas ku ikuti el dari belakang menuju ruang keluarga. Aku sudah dapat menebak apa yang ingin di bicarakan ayah padaku.
" Kemari nak." Kata ibu ketika kami sudah berada di ruang keluarga.
Aku duduk di samping ibu dan El lebih memilih berdiri bersandar di tembok.
" Al.. sudah saatnya kau mengajak ratu berkunjung kemari." Kata ayah tepat sesuai dugaanku.
" Nanti." Jawabku malas.
" Kenapa harus nanti? Dia sudah bolak balik ke dunia peri tapi sekalipun belum pernah kemari. Sudah seharusnya kita mengundang ratu kita Al." Kata ayah.
" Kondisi ratu sedang tidak memungkinkan." Jawabku sekenanya.
" Apa ratu sakit kak?" tanya El.
" Tidak. Sayapnya baru saja keluar, dia belum bisa mengendalikannya." Jawabku.
" Sayap ratu sudah keluar? Jadi sebentar lagi hari pengangkatan tiba ya?" Tanya ayah dengan mata berbinar yang menurutku sangat menyebalkan.
" ehmm.. Begitulah." Sahutku.
" Kalau begitu sampaikan saja pada ratu bahwa aku mengundangnya. kapan harinya dia ingin kemari itu terserah pada ratu, yang penting secepatnya." Kata ayah kemudian.
Bilang terserah tapi harus secepatnya? Hahhhh, itu sama saja dengan memaksa!
" Kalau sudah selesai aku mau tidur." kataku sambil melangkah menuju kamarku.
" Aku juga mau tidur ayah." Kata El sambil langsung menggapit tanganku.
" Kakak apa benar sayap ratu sudah keluar?" Tanya el berbisik di telingaku.
" Iya." Jawabku singkat.
" apa warnanya?" Tanya El antusias. Dia memang tidak berubah. dari kecil rasa ingin tahunya benar benar sangat besar.
" Putih terang, bercahaya." Jawabku.
" Wahhh, sudah ku duga sayap ratu pasti berbeda dengan peri biasa. Sayap peri kan tak ada yang bercahaya." Kata El.
" Tentu saja." Jawabku sambil berbaring di kamarku. Lelah sekali rasanya. Banyak beban yang menumpuk di pikiranku.
" kakak lelah ya? padahal aku masih ingin ngobrol." Kata el cemberut.
" Besok kan bisa, sekarang kakak ingin tidur."
" yahhh besok aku sangat sibuk kak, perisai di bagian timur hutan centrum berlubang sampai 15 meter. Besok aku akan memperbaikinya bersama tim keamanan." Tutur El.
" Berlubang lagi?" Tanyaku heran. Perisai di dunia kami di buat dengan sihir yang sangat kuat, perisai itu sudah ada sejak beribu ribu tahun lalu. Bahkan ayahpun tak bisa membuat atau merusaknya. Hanya el dan beberapa orang pilihan yang menguasai sihir itu.
" Iya, karena kerusakan yang dulu, mungkin perisai baru buatanku tak terlalu kuat seperti buatan para leluhur, jadi lebih mudah rusak." Jelas el.
" Apa kali ini rusak karena ulah Filia lagi?" Tanyaku. Filia, adik perempuanku, sangat suka bereksperimen. mencoba mantra apa saja yang di ketahuinya tanpa berpikir akibatnya. 6 bulan lalu dia berhasil menjebol perisai langit dengan mantra yang entah ia temukan dimana. Akibatnya dia pingsan dan koma sampai hampir sebulan. Jika kami asal memakai sihir, kadang memang sihir itu berbalik ke badan kami dan dapat melukai diri sendiri. Untung Filia selamat. Kalau bukan anak raja, dia pasti sudah di penjara.
" Tidak, perisai itu memang memudar dengan sendirinya. Berarti aku harus belajar lagi untuk membuatnya agar lebih sempurna. Ya sudah kakak tidur saja. aku mau ke kamarku dulu." Kata el sambil berbalik ke kamarnya.
Begitu El pergi, aku langsung memejamkan mata dan tak butuh waktu lama aku sudah terlelap.
- - - - - - - - - - - - -
Kiara POV
" Hoammm." Aduhhh badanku rasanya sakit semua. Semalaman aku tidur dengan posisi tengkurap karena sayapku sama sekali tak bisa di masukkan ke dalam tubuhku.
" Hemmmmm, udaranya segar sekali. Sangat berbeda dengan Jakarta. Disini aku masih bisa mencium bau bunga dan rumput basah."
Tok tok tok
" Ya?" Tanyaku saat mendengar pintu kamarku di ketuk. Upss salah, bukan kamarku, bekas kamar Veon yang di pinjamkan padaku sementara aku disini.
" Ini aku Veon." Kata Veon sambil mebuka pintu kamar dan melongokkan kepalanya sedikit.
" Masuklah." Kataku tersenyum lembut.
" Baru bangun ya? Kau kelihatan berantakan sekali." Kata Veon sambil nyengir lebar.
Aku baru menyadari kalau Veon sudah rapi dengan Kemeja hijau lumut polos dan celana panjang warna hitam yang melekat pas di tubuhnya. Mendadak aku jadi sangat malu karena aku masih memakai baju tidur yang di pinjamkan ratu Kayla padaku dan rambutku... Ahhh,,, benar benar berantakan.
" Ahh... Cepat keluar, aku mau mandi dulu." Kataku setengah berteriak.
" Hahaha. Baiklah baiklah, aku hanya ingin menyampaikan, ibu sudah menyiapkan beberapa baju untukmu di dalam lemari. Kau bisa memakai mana saja yang kau sukai." Kata Veon lalu menghilang di balik pintu.
Bkbkbk
" Ahhh..." Jeritku tertahan. aku tiba tiba melayang karena sayapku bergerak tanpa bisa ku kendalikan.
" Kenapa Kiara?" Tanya Veon yang sudah kembali masuk ke dalam kamar. Dia celingak celinguk mencariku karena aku terbang lumayan tinggi, kepalaku sampai menyentuh langit langit kamar.
" Astaga, kau sampai di atas." Kata Veon kaget sambil mengembangkan sayapnya dan menyusulku ke atas. Kemudian dia menarikku lembut sampai kakiku kembali menjejak lantai.
" Baiklah, lebih baik ku ajari dulu bagaimana memasukkan sayapmu ke dalam tubuh. Kalau sayapmu terus mengembang seperti ini, kau akan kesulitan melakukan apapun." Kata Veon dengan mendudukanku di ranjang.
Aku hanya menjawabnya dengan anggukan.
" Sekarang coba kau pejamkan mataku." Kata Veon. Aku menurutinya.
" Rasakan sayapmu yang menyatu dengan punggungmu. Alirkan energimu Ke sayapmu. Kau harus menganggapnya sebagai bagian tubuhmu." Aku terus menuruti kata kata yang di ucapkan Veon.
" Sudah? Coba kau gerakkan sayapmu pelan." Kata Veon. Aku mencoba menggerakkan sayapku dengan mata masih terpejam. Tapi aku tak merasakan apapun. Sayapku diam saja.
" Tidak bergerak ya? Padahal sudah ku coba." Kataku lemas.
" Tidak apa apa. Pertama memang sedikit susah. Kiara, kau harus menganggapnya sebagai bagian dari dirimu. Kalau kau sendiri belum bisa menerima keberadaan sayapmu pada dirimu, sayapmu tak akan menurut pada perintahmu. Anggap sayapmu seperti tangan tambahan atau apalah, yang bisa membuatmu nyaman." Kata Veon dengan tatapan yang melelehkan. Aku bukannya berkonsentrasi pada kata katanya, tapi malah sibuk memperhatikan mata coklatnya yang menghanyutkan itu.
" Baik, aku coba lagi." Kataku sambil memejamkan mata dengan malas.
Aku kembali merasakan sayapku. Mencoba menyatu dengan organ baru di dalam tubuhku. Perlahan ku coba menggerakkannya seperti saat aku menggerakkan tanganku.
Bkbk..
" Ahhh Aku berhasil." Teriakku girang saat ku dengar suara sayap mengepak.
" Iya benar begitu Kiara, tidak sulit kan?" Tanya Veon. Aku menjawabnya dengan anggukan cepat yang sangat antusias.
" Sekarang kita coba memasukkan sayapmu, tidak susah Kiara, caranya seperti tadi." Kata veon.
" Karena kau sudah mengerti dasarnya, ini akan mudah. Caranya seperti saat kau ingin menarik tanganmu dan menyembunyikannya di belakang punggungmu. Hanya saja, nanti sayapmu akan masuk ke dalam punggungmu." Jelas Veon panjang lebar.
" Apakah akan sakit?" Tanyaku karena teringat pertama kali sayapku muncul.
" Tidak sakit Kiara. Aku biasa mengembangkan dan memasukkan sayapku sesuka hati. Apa kau melihatku kesakitan?" Kata Veon.
" Tidak." Jawabku sambil menggeleng.
" Ayo sekarang coba masukkan sayapmu." Kata Veon.
Aku kembali memejamkan mataku. Merasakan sayapku. Dan mencoba menariknya ke dalam tubuhku.
Bkbkbk
Tapi yang ada sayapku malah bergerak liar.
" Bukan di gerakan Kiara. Di tarik ke dalam. Ayo coba lagi." Kata Veon lembut.
Aku menurut dan kembali mencoba menarik sayapku ke dalam tubuh. Susah! Berkali kali ku coba tapi sayapku tetap bertenger cantik di punggungku. Aku hampir putus asa.
" Tidak apa apa Kiara. Pasti bisa. Coba lihat aku." Veon berdiri membelakangiku. Dia mengembangkan sayapnya dan mengepak ngepakkan pelan. Kemudian, dengan sangat pelan, Sayap itu perlahan lahan masuk ke dalam punggungnya. Kelihatannya sangat mudah.
Aku mencoba lagi. Aku mulai terbiasa untuk menggerakkan sayapku. Aku memusatkan perhatianku pada sayapku. Merasakan energi yang mengalir ke dalam sayapku. Lalu mencoba menariknya ke dalam tubuhku. Tiba tiba saja tubuhku terasa lebih ringan. Apa aku melayang lagi?
" Kau berhasil Kiara." Seru Veon sambil mengacak pelan rambutku.
Ku pegang punggungku untuk memastikannya. Benar, sayapku sudah tidak ada. Pantas saja tubuhku terasa lebih ringan. Sayapku memang besar dan berat. Karena belum terbiasa jadi terasa beratku bertambah.
" Ya sudah kau mandi dulu saja. Aku tunggu di ruang makan ya." Kata Veon dengan senyum khasnya.
" Ya." Jawabku singkat dengan mata berbinar bahagia.
- - - - - - - - - - - - -
Caith POV
" Ibu?" Tanyaku sambil mengetok pelan pintu kamar ibu dan ayah.
" Masuklah Caith." Kata ibu dari dalam kamar.
Terlihat ayah dan ibu masih duduk di balkon kamar mereka dengan di temani secangkir Viridi.
" Apa ada yang penting? Kenapa sepagi ini sudah mencari ibumu?" Tanya Ayah lembut.
" Iya." Jawabku sambil duduk di salah satu kursi di dekat ibu.
" Katakanlah nak." Kata Ibu.
" Veon... Ku mohon biarkanlah Veon bersama Kiara." Kataku tanpa basa basi.
" Apa yang kau katakan Caith." Bentak ibu yang langsung marah mendengar ucapanku.
" Tolong pelankan suara ibu, aku tak ingin Veon mendengar semua ini." Kataku sambil menatap ibu dengan mata memohon.
" Kenapa kau berpikiran begitu nak?" Tanya ayah dengan bijak.
" Aku... Sudah lama sekali tak melihat senyum bahagia di wajah Veon. Lama sekali sampai saat dia bertemu dengan Kiara. Aku seperti menemukan kembali adik kecilku yang dulu. Veon sudah lama menderita. Selama ini dia tinggal di rumah yang sangat jauh dari kata layak. Tak pernah kembali kemari. Tak pernah mendapat kasih sayang ayah dan ibu. Sudah saatnya dia kembali bahagia bu. Ku mohon hentikan hukuman untuk Veon dan biarkan dia bersama Kiara." Kataku panjang lebar.
Lama ayah dan ibu terdiam mendengar kata kataku,
" Baiklah. Ayah akan mencabut hukuman Veon selama ini. Dia boleh kembali ke istana. Soal Kiara, biar ibumu yang memutuskan." Kata ayah yang langsung mengembangkan senyum di bibirku.
" Ibu..." Kata kataku terputus oleh ucapan ibu.
" Ibu tak akan pernah membiarkan Veon bersama Ratu. Kau lihat sendiri kan warna sayap mereka berbeda? Mereka tidak berjodoh Caith." Kata ibu tegas.
" Aku tidak peduli mereka berjodoh atau tidak. Aku hanya ingin melihat Veon merasakan bahagia bersama orang yang di cintainya." Kataku keras kepala.
" Itu hanya akan menyakiti Veon lebih parah lagi di kemudian hari." Kata ibu tetap pada pendiriannya.
" Aku mohon bu. Setidaknya jangan hukum Veon lagi. Jatuh cinta itu bukan kesalahan. Biarkanlah mereka bersama. Biarkan Veon bahagia." Kataku memohon..
" Keluarlah, ibu akan memikirkannya." Kata ibu terlihat lelah.
" Tapi bu...."
" KELUAR!!" Bentak ibu yang berhasil membuatku terlonjak kaget. Aku langsung berjalan keluar kamar tanpa berkata sepatah katapun.
- - - - - - - - - - - - - -
Daniel POV
" Pagi tante." Sapaku pada mama Kiara.
" Nak Daniel sudah datang. Ini pesenan kamu. Makanan kesukaan Kiara." Kata tante yang sudah menunggu di beranda ketika aku datang.
" Terima kasih tante. Kiara pasti senang." Kataku.
" Kapan Kiara pulang nak? Apa dia masih kesakitan?" Tanya tante padaku.
" Tidak tante, Kiara baik baik saja. Nanti Daniel akan mengajak Kiara pulang." Jawabku sambil tersenyum.
" Syukurlah, tante sudah kangen sama Kiara." Kata Tante tersenyum lega.
" Daniel pamit dulu tante." Kataku sopan.
" Salam tante buat Kiara ya nak." Kata tante sebelum aku menghilang dan berpindah ke dunia peri.
- - - - - - - -
Kiara POV
Saat ku buka lemari pakaian sehabis mandi, mataku terbuka lebar melihat baju baju yang berjajar rapi di depanku. Semuanya gaun gaun cantik yang sangat memikat. Aku sampai bingung untuk memilihnya. Semuanya benar benar indah.
Aku mengambil satu yang terlihat paling ringan untuk bergerak, mengingat nanti aku harus belajar terbang dan mengendalikan sayapku. Gaun ringan selutut berwarna ungu muda dengan punggung terbuka, ya.. semua baju di dunia peri memang berpunggung terbuka, mungkin untuk memudahkan untuk mengeluarkan sayap.
Aku berjalan riang menuju ruang makan dimana Veon sudah menungguku.
" Kiara, kau terlihat sangat cantik dengan gaun itu." Sapa sebuah suara begitu aku sudah menginjakkan kaki di ruang makan.
Itu kan... Daniel? Apa dia sakit? Kenapa dia memujiku seperti itu? hahh Aneh!
" Te.. Terima kasih." Jawabku sedikit gugup. Ada apa dengan matanya? Aku merasa hari ini Daniel memandangku dengan cara berbeda.
" Duduklah Kiara." Kata ratu Kayla dengan sangat lembut.
Aku menurut dan duduk di sebelah Veon yang sudah dengan cekatan menarikkan kursi untukku.
" Cantik." Bisik Veon tepat di telingaku.
Aku hanya tersenyum gugup dan langsung duduk.
" Kiara, ini titipan dari tante, katanya makanan kesukaanmu." Kata Daniel sambil memberikan kotak makanan kepadaku. Lagi, sikapnya benar benar berbeda hari ini. Kemana perginya si jutek Daniel?
Aku membuka kotak yang di berikan Daniel dan langsung girang melihat isinya.
" Sushi." Kataku sambil memasukkan satu potongan ke dalam mulutku. Lezat...
" Ya sudah, ayo semuanya makan." Kata raja Eferhard. Aku jadi sangat malu, aku makan duluan tanpa permisi sama sekali.
" Kiara, tante memintamu pulang." Kata Daniel di sela sela makan.
" Tapi Kiara belum bisa mengendalikan sayapnya Daniel." Kata Caith.
" Kurasa sehari cukup untuk belajar, sekarang saja Kiara sudah bisa memasukkan sayapnya ke dalam tubuh, kurasa nanti sore dia sudah bisa terbang." Kata Daniel.
" Ya, Kiara memang cepat bisa." Kata Veon.
" Aku juga sudah rindu dengan mama, kalaupun nanti belum bisa terbang, besok kan bisa kesini lagi." Kataku.
" Benar. Jadi nanti sore aku akan menjemputmu kesini." Kata Daniel dengan senyum lembut. Aku benar benar merasa aneh dengan perubahan sikap Daniel.
" Sudah, habiskan dulu makanannya." Sela ratu Kayla.
" Iya." Kataku tersenyum sopan.
- - - - - - - - - - - -
" Ada yang ingin ku katakan padamu Kiara." Kata Daniel dengan tatapan lembut. Aku benar benar tak mengenali sosok yang ada di depanku ini. Daniel 100% berbeda dengan biasanya.
Kami sedang berada di taman samping kamarku setelah sarapan tadi. Caith dan Veon entah menghilang kemana karena setelah sarapan mereka langsung pergi dan belum kelihatan sampai sekarang.
" Apa?" Kataku gugup. Aku tak tahu harus bersikap bagaimana pada Daniel.
" Aku tidak peduli apa yang kau pikirkan padaku setelah mendengar kata kataku ini. Aku hanya ingin lebih jujur pada diriku sendiri." Jelasnya panjang lebar membuatku penasaran, apa sebenarnya yang ingin di ucapkannya.
" Aku... Aku mencintaimu. Aku jatuh cinta padamu sejak tiga tahun lalu Kiara...."
* * * * * * * * * * * * * * * * *
Bersambung ya ^_^
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar