Jumat, 14 Juni 2013

Fairy tale Chapter 16 Queen reyna





Kiara POV


Bkbkbkbk

Entah bagaimana, sayapku tiba tiba keluar lagi. Aku benar benar gugup mendengar ucapan Daniel.
Tanganku sekarang menjadi sangat dingin. Aku tidak siap mendapat pernyataan cinta seperti ini, apalagi dari Daniel...

Baru tadi pagi sikapnya tiba tiba berubah, sekarang di tambah lagi dia bilang mencintaiku. Sejak tiga tahun lalu?

" Apa aku harus menjawabnya sekarang?" Tanyaku dengan gugup.

" Apa kamu tidak ingin menjawabnya?" Daniel balik bertanya. Tatapannya itu,.. membuatku jengah.

" Bu,,, bukan begitu,, hanya saja.. aku.." Kataku terputus.

" Tak perlu buru buru. Aku akan menunggumu  sampai siap Kiara. Kamu tak harus menjawab sekarang." Kata Daniel dengan senyuman yang sangat..... memikat. Aku tak tahu kalau dia bisa tersenyum semanis itu.

" Apa kamu marah?" Tanyaku tanpa sadar.

" Hahaha.. Tentu saja tidak. Kenapa aku harus marah? Kamu tidak melakukan kesalahan apapun." Aku tertegun melihat Daniel tertawa lepas di depanku. Selama ini aku hanya melihat muka masamnya saja. Baru kali ini ku lihat ekspresi lain di wajahnya.

" Biasanya aku selalu mengatakan kamu cerobohkan Kiara? Sebenarnya, saat aku mengatakan itu aku ingin sekali mengatakan kamu sangat manis. Entah bagaimana caranya, tapi dalam keadaan berantakanpun  kamu bisa terlihat sangat manis. Setiap kamu ceroboh atau terjatuh. Ingin sekali aku menolongmu dan bilang, "kamu baik baik saja kan?" Tapi yang keluar dari mulutku selalu kata kata kasar yang menyebalkan. Aku sangat gugup jika berada di depanmu Kiara." Kata Daniel panjang lebar, matanya menerawang. Wajahnya penuh senyum seperti sedang mengingat sesuatu yang sangat berarti. Padahal kenangan yang ku miliki dengan Daniel hanya saat saat menyebalkan jika dia mengejekku atau mengataiku. Benarkah saat itu dia gugup? Sulit di percaya. Seorang Daniel, pangeran di sekolah kami, mana mungkin gugup di depan perempuan? Di depanku?

" Kamu tidak percaya padaku Kiara?" Tanyanya seperti bisa melihat ketidak percayaan di dalam mataku.

" Bukan begitu. Tapi,, kamu,, tidak mungkin gugup di depan perempuan. Di depanku! Sejauh yang ku tahu, kamu sangat mudah bergaul dan di sukai banyak orang. Jadi..." Kataku terputus

" Kamu cinta pertamaku Kiara. Jadi,, aku tidak tahu harus bersikap bagaimana terhadapmu. Aku hanya berani menjagamu diam diam. Menatapmu dari jauh. Menjaga perasaanku agar tidak ketahuan." Kata Daniel.

" Kenapa tidak mengungkapkannya dari dulu? Tiga tahun itu sangat lama Dan.."

" Aku takut! Aku takut kamu menolakku dan menjaga jarak dariku. Terserah kalau menurutmu aku pengecut. Aku hanya tidak ingin kamu menjauh dariku." Kata Daniel menunduk. Membuatku semakin salah tingkah. Seberarti itukah aku untuknya?

"Aku pikir semua akan baik baik saja." Lanjutnya. " Saat ku tahu kamu adalah calon ratu, aku merasa keputusanku benar dengan tidak mengungkapkan perasaanku padamu. Karena peraturannya, pemegang kunci tidak boleh menikah dengan ratu." Kata Daniel dengan menunduk semakin dalam. Kelihatan sekali dia sedang menyembunyikan beban berat di hatinya.

Aku baru tahu ada peraturan seperti itu. Ratu tidak boleh menikah dengan pemegang kunci? Kenapa? Ahh,, aku benar benar buta tentang peraturan tiga dunia.

" Tapi..." Lanjut Daniel, kali ini dia menatap lurus ke dalam mataku. " Saat aku melihatmu bersama Veon, entahlah,,, dadaku rasanya mau meledak. Sangat menyakitkan. Aku sudah tidak bisa menahannya lebih lama lagi. Aku tidak ingin menyesal karena ketakutanku. Makanya sekarang aku putuskan akan lebih jujur pada diriku sendiri. Aku akan lebih jujur padamu Kiara. Aku akan mengatakan apa yang memang ada di dalam hatiku. Tidak akan menutupinya dengan sikap ketus yang menyebalkan lagi." Daniel berhenti bicara, menatapku lembut. Aku jadi sulit bernafas. Tatapannya seperti bisa melelehkanku.

" Kiara..." Panggilnya lembut. Dia mengangkat tangannya dan mengusap kepalaku lembut.

" Aku mencintaimu.." Katanya lagi.

Aku hanya diam menatapnya. Sama seperti Veon, aku tidak tahu perasaan apa yang bergejolak di dalam dadaku.

" Aku hanya minta agar aku tetap bisa berada di sisimu Kiara, tak apa kalau kamu tidak ingin menjawabnya sekarang." Kata Daniel dengan mata sedikit meredup. Apa dia kecewa karena aku hanya diam saja? Tapi aku benar benar tak tahu harus berkata apa.

" Tentu saja, kamu temanku Daniel." Kataku.

" Teman ya?" Tanya Daniel sambil memandang jauh ke depan.

" Bukan begitu, itu bukan jawaban dariku, itu hanya, itu.. aku memperbolehkanmu tetap berada di sisiku." Tambahku cepat. Aku benar benar tidak suka melihat ekspresi kecewa di wajahnya.

" Aku tahu." Kata Daniel sambil berdiri. " Baiklah, aku harus sekolah, kamu juga harus latihan terbang kan? Nanti sore aku jemput ya." Kata Daniel.

" Iya." Jawabku sambil tersenyum.

Daniel melambaikan tangan padaku sambil menghilang di telan cahaya putih.

- - - - - - - - - - - - -

Aku berjalan pelan menyusuri lorong istana peri ini. Caith dan Veon tidak kelihatan sama sekali. Kemana mereka? Kenapa meninggalkanku begitu saja? Nanti siapa yang mengajariku terbang?
Aku dari tadi mencoba memasukkan dan mengeluarkan sayapku, rasanya menyenangkan sekali karena sudah mulai bisa mengendalikanya. Meski kadang masih bergerak tak sesuai perintahku.
" Ratu Kayla." Panggilku saat ku lihat ratu Kayla berjalan di lorong lain di seberang lorong yang sedang ku lewati.

Ratu Kayla melambai lembut padaku. mengajakku duduk di salah satu kursi taman dekat tempatnya berdiri. Aku mengangguk dan berjalan memutar menuju tempat ratu kayla berada.

" Aku menyesal, seharusnya aku yang menghampirimu ratu Kiara, aku lupa kamu belum bisa terbang." Kata ratu Kayla begitu aku duduk di sebelahnya.

" Tidak apa apa ratu, lagipula tidak terlalu jauh." Kataku sambil tersenyum tulus.

" Tetap saja aku merasa tidak enak." Kata ratu Kayla sambil memperlihatkan senyum termanisnya yang.... Sangat mirip dengan Veon.

" Ratu Kayla, kenapa Caith dan Veon tak terlihat dari tadi? Aku sudah berkeliling istana tapi tak melihat mereka di manapun."Tanyaku.

" Oh,, Apa mereka tidak pamit padamu? Caith dan Veon sedang ke rumah Veon untuk mengambil barang barang milik Veon, Hukuman Veon sudah di hentikan Kiara, Veon akan kembali ke istana lagi." Jawab ratu Kayla penuh senyum.

" Benarkah?" Kataku senang. " Syukurlah, akhirnya sekarang Veon bisa merasakan kebahagiaan bersama keluarganya." Kataku spontan.

Ratu Kayla tampak tertegun mendengar ucapanku.  Upss, aku sudah lancang bicara seperti itu.

" Maafkan aku ratu Kayla, aku tidak bermaksud menyinggung perasaanmu." Kataku sambil menunduk.

" Menurutmu,,, Veon orang seperti apa Kiara?" Tanya ratu Kayla tiba tiba.

" Apa maksud ratu?" Tanyaku tak paham.

" Di matamu, Veon sosok seperti apa?" Tanya ratu Kayla.

" Veon?,, ehmm.. Dia orang yang baik. Saat pertama kami bertemu,... Dia orang yang menolongku saat aku pertama kali terdampar di dunia peri. Dia sangat periang dan banyak menghiburku, meskipun akhirnya dia tahu bahwa aku ini manusia, dia tetap bersikap baik padaku. Dia bisa membuatku merasa nyaman meskipun kami baru saling mengenal." Jelasku panjang lebar.

" Hanya itu?" Tanya ratu kayla. Apa maksudnya? Aku tak mengerti?

" Iya, dia teman yang sangat baik dan menyenangkan." Kataku menambahkan.

" Apa tanggapanmu tentang perasaan Veon padamu ratu?" Tanya ratu Kayla.

Ahhh,, kenapa ratu Kayla harus menanyakan hal seperti ini? Aku harus mmenjawab apa???

" Ehhh, itu... Aku sendiri tidak tahu ratu.." Kataku terbata.

" Apa kau tidak mempunyai perasaan yang sama seperti perasaan Veon padamu?" Tanya ratu Kayla yang semakin membuatku tak enak.

" Aku tidak tahu ratu Kayla, Aku tidak tahu perasaan apa yang ku miliki untuk Veon. Aku hanya merasa senang jika melihatnya tersenyum, dan,,, kadang juga hatiku sangat nyeri saat melihat Veon menderita. Aku benar benar tidak tahu perasaan apa ini." Jawabku jujur.

" Ya sudah, saya harus pergi dulu ratu." Kata ratu Kayla sambil terbang entah kemana. Apa dia marah? Apa jawabanku tak sesuai harapannya?

Entahlah, setidaknya aku tidak berbohong padanya.

- - - - - - - - - - - -

" Kiara..." Sapa sebuah suara ketika aku sedang melamun seperginya ratu Kayla meninggalkanku.

" Veon." Kataku senang ketika ku tahu Veon yang sedang berdiri di belakangku.

" Sedang apa sendirian disini?" Tanya Veon sambil duduk di sebelahku.

" Aku kelelahan karena berputar putar mencarimu. Kau kemana saja?" Tanyaku dengan tampang cemberut.

" Maaf, aku baru memindahkan barang barangku, kau tahu? Aku sekarang bisa tinggal di istana lagi." Jelas Veon tertawa senang.

" Iya iya, selamat ya." Ucapku tulus.

Lama kami terdiam saling menatap, Aku merasa canggung di tatap dalam oleh mata coklat itu.

" Ve,, ayo ajari aku terbang." Kataku berusaha mengalihkan pandangan, karena mataku seperti tersihir. Tak mampu berpaling dari wajah tampan di depanku ini.

" Baiklah, ayo." Kata Veon sambil mengulurkan tangan, membantuku berdiri.

Sial,, aku masih tak bisa mengalihkan kedua mataku dari sosoknya.

" Sekarang, kembangkan dulu kedua sayapmu." Perintahnya sambil mengembangkan sayap coklat miliknya.

Aku menurut dan langsung mengeluarkan sayap putihku, cahaya terang langsung berpendar dari kedua sayapku begitu mereka terkembang.

Meski sesaat, terlihat ketakjuban di mata Veon saat melihat sayapku.

" Sayapmu sangat cantik ratu, secantik dirimu." Kata Veon tulus. Dia memang tahu bagaimana cara memperlakukan wanita.

Aku hanya menunduk malu mendengar pujian darinya.

" Coba gerakan pelan sayapmu Kiara." Kata Veon kemudian.

Pelan, ku gerakkan sayapku. Sepertinya aku sudah mulai mahir mengendalikannya. Kedua sayapku benar benar menurut pada perintahku.

" Bagus, sekarang kepakkan lebih cepat lagi, rasakan berat tubuhmu mulai meringan. Mulailah naik ke atas, Kalau takut, pejamkan matamu Kiara, aku akan mengawasimu." Kata Veon. Dari tadi aku memang sudah memejamkan mata, saat tubuhku mulai terangkat, aku sama sekali tak berani melihat sekelilingku. Takut kalau tiba tiba sayapku berhenti mengepak dan aku jatuh ke bawah.

Semakin lama angin terasa semakin kencang bertiup, rasanya sangat segar. Pelan ku buka mataku.

" Wahhhhh." Ternyata aku terbang lumayan tinggi. Aku bisa melihat istana dan pepohonan di bawahku. Pemandangannya benar benar indah.

" bagus kan?" Kata Veon yang selalu berada di sisiku.

" Sangat." Jawabku tanpa mengalihkan pandanganku dari pepohonan hijau di bawah sana. Benar benar menakjubkan.

" Ayo kita berkeliling kota." Ajak veon.

Aku mengikuti Veon dari belakang, Angin menerpa wajahku seiring arah terbangku yang terus ke depan, memperhatikan rumah rumah yang berjajar rapi di bawah kakiku. Dari sini semua terlihat kecil, terlihat indah...

Tiba tiba Veon mulai merendah dan turun ke bawah, aku mengikutinya turun meski agak kesulitan mengatur laju sayapku. Aku turun terlalu cepat akibatnya...

jduugg.... jduggg,,, jduggg

Aku jatuh terduduk, lalu terangkat ke atas lagi, lalu jatuh lagi, sampai akhirnya Veon mendekapku erat agar aku tidak terbang lagi.

Aku mringis kesakitan, sepertinya tadi aku menghantam batu saat terjatuh.

" Hahahaha..." Terdengar suara Veon yang menertawakanku.

Aku langsung mendorongnya sampai dia terduduk di depanku.

" Kau sangat ceroboh Kiara, bukankah sudah ku katakan, pelankan dulu kepakan sayapmu saat mau turun." Kata Veon dengan masih tertawa.

" kau belum mengatakannya, tadi kau turun tiba tiba tanpa mengatakan apapun padaku." Kataku sebal.

" Masa? Aku sudah mengatakannya. Mungkin kau yang tidak dengar." Kata Veon tak mau mengalah.

" Sudahlah, untuk apa berhenti disini?" Tanyaku merasa percuma berdebat dengannya.

" Kau tak ingat? Ini tempat pertama kali aku menemukanmu." Kata Veon.

" Benarkah?" Aku melihat ke sekelilingku. Padang rumput yang sangat luas, tak jauh dari tempatku berdiri adalah gerbang kota peri. Dan di sampingku ada hutan, hutan yang dulu sempat membuatku takut.

 Ya, dulu aku pingsan di tempat ini karena gelap. Dan saat terbangun, aku sudah berada di rumah Veon. Kejadian itu baru beberapa hari, tapi rasanya sudah sangat lama.

" Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat." Kata veon tiba tiba.

" Kemana?" Tanyaku.

" Ikuti aku saja, nanti ku beri tahu." Katanya sambil mulai terbang.

Aku menyusul Veon terbang dan mengikutinya kemanapun dia pergi. Kami terbang cukup jauh, Rasanya sangat melelahkan karena ini pertama kalinya aku terbang, belum terbiasa. Kami terbang terus ke timur melewati hutan yang ku takuti itu, padahal hutan itu sangat luas, cukup lama sampai aku melihat padang hijau lagi, dan tak jauh dari situ terlihat pedesaan dengan rumah rumah kecil dengan jarak yang berjauhan.

" Veon, istirahat dulu ya, aku lelah." Kataku sambil turun ke bawah, aku sudah tak mampu terbang lagi.

Veon mengikutiku dan duduk di sebelahku.

" Maaf Kiara, aku lupa ini hari pertamamu terbang." Katanya.

" Tidak apa apa." Kataku tersenyum.
 
" masukkan sayapmu, itu akan lebih cepat menghilangkan lelah." Kata Veon yang langsung ku turuti.

" Sebenarnya kita mau kemana?" Tanyaku sambil menatap langit.

" Sebentar lagi kita sampai." Kata Veon masih tak mau memberitahuku.

Aku kembali mengembangkan sayapku, rasa penasaran mengalahkan lelah yang menjalar di tubuhku.

" Ayo lanjutkan perjalanan." Ajaku.

" Baiklah." Kata Veon sambil kembali terbang.

Tak berapa lama, kami turun di depan mulut hutan yang tidak terlalu lebat, tapi pohon pohonnya sangat tinggi menjulang. Kami masuk ke dalam hutan dengan berjalan kaki. Hutan ini terang karena pohonnya tumbuh jarang, jadi tidak menakutkan.

Kami berjalan dalam diam.Perjalanan cukup berliku dan melelahkan. Pohon pohon di hutan ini terlihat sama, kalau aku sendirian, aku pasti tersesat di dalam hutan ini. Akhirnya kami berhenti di depan sebuah rumah yang terawat dengan baik. Rumah beratap rendah yang ter;ihat sangat nyaman. Seperti rumah peri yang lain, rumah ini juga terbuat dari batu alam asli. Pintu depan rumah ini di cat baby pink yang membuatnya terlihat mencolok di tengah hutan hijau ini. Sedangkan dindingnya di biarkan tak berwarna. Hanya saja tak ada satupun tumbuhan di sekitar rumah itu, padahal di sepanjang hutan ini tumbuh rumput dan tanaman liar dimana mana, tapi di sekeliling rumah itu tak ada tumbuhan satu pun.

" Ini rumah siapa?" Tanyaku pada Veon.

" Kiara,," Panggilnya sambil menatapku dalam. " Ini rumah ratu tiga dunia sebelum mu. Ratu Reyna, ratu seribu tahun lalu.


* * * * * * * * * * * * * * * *

 bersambung guys ^_^




Tidak ada komentar:

Posting Komentar