Kiara POV
Aku mulai merasa panik saat ku dengar suara
orang orang sedang mengobrol santai dari arah ruang keluarga di istana
iblis ini. Aku mengeratkan pegangan tanganku di lengan Alden. Rasa gugup
semakin menjadi jadi di dalam dadaku.
Lagi lagi aku harus
menghadap raja dan ratu dunia lain seperti ini. Saat dulu berkenalan
dengan raja dan ratu dunia peri, semua lebih mudah karena kejadiaannya
terjadi secara tidak sengaja, sedangkan kali ini. Raja Anthoni -begitu
katanya nama ayah Alden- secara resmi mengundangku kemari. Jelas aku
jadi gugup. Apalagi melihat Alden berpakaian resmi seperti ini. Pasti
anggota keluarga yang lain juga tak jauh berbeda.
" Siap?" Tanya Alden saat kami berhenti di depan pintu ruang keluarga.
Aku menghela nafas panjang....." Siap"
Alden
membukakan pintu untuk kami dan... ruangan yang tadinya berisi suara
suara obrolan ringan mendadak terhenti seiring masuknya kami ke dalam
ruangan. Semua mata sekarang tertuju padaku. Ya,, hanya 4 pasang mata,
tapi tetap saja bagiku ini membuat gugupku bertambah parah.
"
Pernalkan, ini Kiara.. Ratu tiga Dunia." Aku menahan nafas saat Alden
memperkenalkan diriku. Aku tak tahu, seperti apa iblis akan bereaksi.
Ya.. Yang dari tadi membuatku gugup memang karena fakta bahwa mereka
adalah "iblis". Walaupun Alden sudah menjelaskan tidak semua mereka
jahat. Tapi tetap saja, harus berhadapan dengan "keluarga iblis"
berhasil membuatku berkeringat dingin.
Aku menunduk santun memperkenalkan diriku.
"
Silahkan duduk Kiara." Seorang wanita anggun -yang aku yakin adalah
ibunda Alden- mempersilahkan aku duduk di kursi kosong di sampingnya.
Aku menoleh pada Alden meminta pendapatnya, dengan senyum geli Al mengangguk.
Aku
langsung berjalan lurus menuju kursi di samping ratu tanpa menoleh
sedikitpun. well, aku memang takut kalau saat aku mengedarkan
pandanganku, aku akan melihat raja Iblis, meskipun aku yakin dia pasti
jauh dari kata menyeramkan, tapi entahlah,, salahkan nenek moyang
manusia yang selalu menggambarkan sosok iblis sebagai makhluk
menyeramkan yang sekarang membuatku berada dalam ketakutan yang
sebenarnya tak perlu.
" Jadi ini ratu Kiara." Suara berat yang
berwibawa segera menyapaku ketika aku baru saja duduk di sebelah ratu.
Aku menoleh ke arah sumber suara. " Suatu kehormatan ratu mau berkunjung
ke dunia kami." Kata sang raja sambil memandangku lembut dan ramah.
Garis garis rahangnya mirip dengan Alden. Mata dan cara tersenyumnya
juga sama. Ketakutanku langsung menguap setelah di sambut dengan senyum
sehangat matahari.
" Justru saya yang merasa sangat tersanjung
karena raja sudi mengundang saya kemari." Kataku yang kemudian terkejut
karena kata kata resmi yang baru saja keluar dari mulutku sendiri.
" Kiara, perkenalkan itu ayah dan ibuku. Raja Anthoni dan ratu Esme." Kata Alden dengan nada tak kalah resmi dariku.
Ratu
Esme langsung memelukku dengan hangat, "senang bertemu denganmu Kiara."
Alden benar, ratu Esme tak jauh berbeda dengan mama.
Raja anthoni
datang menghampiriku dan mencium tanganku dengan lembut. " Semoga ratu
nyaman berada disini." Ya,, tingkahnya bahkan sama dengan Alden.
" Dan ini kedua adiku Kiara, Filia dan Elden." Kata Alden sambil menunjukkan dua orang yang sedang duduk di sebelahnya.
Mataku
membesar seketika ketika melihat pemuda tegap dan gagah yang duduk di
sebelah Alden, bukan karena wajahnya yang luar biasa tampan, tapi...
Wajahnya sama persis dengan Alden!
" Ya, dia saudara kembarku Kiara." Jawab Al yang melihat keterkejutanku. Oh,, tentu saja.
"
Hai ratu." Kata Elden sambil berjalan mendekatiku. " Kamu jauh lebih
cantik dari yang ku bayangkan." Kata Elden lalu dia mencium tanganku. "
dan juga sangat manis." Lanjutnya sambil mengedipkan sebelah matanya. Oh
oh oh, dia.... tipe penggoda.
" Minggir kak." kali ini Filia yang
ada di depanku. Dia mendorong kakaknya ke samping dan langsung
menarikku berdiri. " Ratu! Kau benar benar keren dan cantik." Katanya
sambil memelukku erat. Aku memandang Al dengan tatapan "ada apa
dengannya?" Tapi Alden hanya menjawab dengan tawa geli dan gelengan
samar.
Filia melepas pelukannya padaku dan sekarang berganti
dengan menggandeng kedua tanganku. " Ratu, aku sudah banyak membaca
tentang ratu tiga dunia. dan kau tahu? rasanya benar benar menakjubkan
saat hal yang biasanya hanya bisa di baca dalam buku tiba tiba berdiri
di hadapanku. Hahhh, ratu harus sering sering kemari. Aku akan
menceritakan banyak hal tentang dunia kegelapan." Kata Filia panjang
lebar. Dia tipe orang yang cepat akrab. Dari sinar matanya aku sudah
bisa melihat bahwa dia sangat ceria dan bersahabat. Dia tipe adik yang
sangat ingin ku miliki. Sebagai anak tunggal, kadang kadang ada saat
menyebalkan sendirian dan tak ada yang bisa di ganggu untuk sekedar
mengusir kebosanan.
" Filia, kembali ke tempatmu." Perintah raja Anthony lembut.
" Tapi ayah,,,," Sanggah Filia.
"
Biarkan ratu duduk dan kembalilah ke tempatmu." Kata raja tegas. Kali
ini gadis kecil itu menurut dan duduk di antara Al dan El. Kalau di
dunia manusia sekarang Filia mungkin sedang kelas 2 smp. Apa iblis juga
sekolah ya? Haha entahlah.
" Jadi ratu Kiara, bagaimana
perasaanmu saat tahu kalau kamu adalah ratu tiga dunia?" Tanya ratu Esme
dengan sangat lembut. Cara bicaranya benar benar membuat orang lain
nyaman untuk mengobrol lama dengannya.
" Ehmm, Takut. Itu yang ku
rasakan." Jawabku dengan lancar, seperti aku sedang mengobrol dengan
mama, tak ada kecanggungan sedikitpun walaupun kami baru pertama kali
bertemu. " Berbeda dengan dunia peri dan kegelapan. Di dunia manusia
peri dan iblis hanya di anggap mitos. Saat aku tahu bahwa semua itu
nyata saja sudah membuatku cukup terguncang, apalagi kenyataan bahwa aku
adalah ratu dari semua itu. Rasanya... Menakutkan!" Jawaku jujur.
Ratu
Esme melingkarkan sebelah tangannya pada bahuku. Mengusapnya pelan
berusaha menenagkanku. " Jangan takut ratu Kiara, akan ada banyak orang
yang berada di sisimu. Membantu dan melindungimu." Kata ratu Esme
lembut.
" Sudahlah, kenapa ruangan ini jadi berselimut sedih?
Cerialah ratu. Kami mengundangmu untuk membuatmu senang." Kata raja
Anthony. Aku hanya menjawabnya dengan senyuman.
" Jadi, apa kamu
sudah punya kekasih Kiara?" Hampir saja aku mengira Alden yang bicara,
jika saja aku tak melihat bibir mana yang bergerak mengucapkan kata kata
itu dan tak lupa mengedipkan sebelah matanya. Hahh, Elden!
" Belum." Jawabku jujur.
" Bohong ah." Kata El dengan senyum jahil.
" Kenapa kau pikir begitu? Aku bahkan belum pernah pacaran sekalipun." Jawabku. Terlewat jujur mungkin.
Ku lihat mata El melebar terkejut, sedang Al terlihat santai saja mendengar ucapanku.
"
Wow cool." Teriak Filia tiba tiba. " Kiara, saat ku lihat kamu dengan
dress seperti itu, ku pikir kau adalah gadis pesolek yang suka sekali
kencan seperti pacar pacar Elden! Ternyata kau bahkan belum pernah
pacaran! Aku semakin menyukaimu Kiara. Kamu sependapat denganku kan?
kalau kita tidak butuh yang namanya laki laki." Kata Filia tanpa bisa di
sela.
Aku hanya bisa tersenyum heran mendengar kata kata Filia,
yahh dari caranya berpakaian memang terlihat kalau dia sangat tomboy,
untuk ukuran seorang putri raja, harusnya dia memakai gaun cantik
seperti yang ku kenakan ini, tapi dia malah memilih memakai celana jeans
dan kemeja lengan panjang yang di gulung sampai siku. Tapi aku tak
menyangka dia akan berkata begitu padahal dia punya dua kakak laki laki.
Filia langsung mendapat pelototan tajam dari kedua kakak kembarnya.
"
Eh,, maksudku bukan laki laki pada umumnya, maksudku... kita tidak
butuh pacar, benarkan Kiara?" Ralat Filia yang meringis takut di
pelototi dua makhluk tampan di kedua sisinya.
" Kau masih terlalu kecil untuk bicara seperti itu, adik manis." Kata Alden gemas.
"
" Kakak! Umurku sudah 28 tahun. Jadi berhenti memanggilku adik manis!"
Kata Filia yang berhasil membuatku tersentak kaget. Ku kira dia masih
berumur 15 tahunan. Tapi mana mungkin wajahnya masih semuda itu?
" Filia? benar umurmu 28? Aku saja baru mau 17. Kau bahkan terlihat lebih muda dariku." Tanya penasaran.
"
Kiara, umur iblis dan manusia berbeda. Umur kami relatif lebih lama
dari manusia. jika manusia hanya 80-90 tahunan. Kami bisa mencapai 160,
bahkan ada yang sampai 200 tahun. Jadi, walaupun fisik kita seumuran,
umurku 2x lebih tua darimu. Kau tahu? Aku berumur 35 tahu sekarang."
Terang Alden. Hemm sekarang aku paham. Karena umur mereka relatif lebih
lama, jadi perkembangan fisik mereka jadi lebih lambat.
Huftt,
kenapa Elden dari tadi terus memandangiku????? Menyebalkan! Apa dia
tidak tahu kalau dipandangi dengan intens itu bisa membuat orang tidak
nyaman dan salah tingkah?
Aku membuang pandangan keluar jendela.
Kalau tidak ada raja dan ratu di ruangan ini, aku pasti sudah
melemparkan sepatuku tepat ke mata Elden agar dia berhenti memandangiku.
Bukan dia tidak sopan atau apa, seumur hidup baru Daniel dan Veon yang
memandangku dengan cara seperti itu. Aku tidak ingin bertambah 1 orang
lagi yang akan menjadi beban pikiranku. Sekarang saja aku belum bisa
menentukan sikap pada Veon dan Daniel.
Eh? Kenapa dari tadi di
luar gelap ya? Tadi saat di dunia peri masih terang kan? Tadi saat aku
baru sampai ke kamar Alden juga di sini sudah gelap.
" Maaf,
kenapa di luar sudah gelap ya? Harusnya sekarang kan masih sore?
Harusnya matahari belum tenggelam kan?" Tanyaku pada semua orang di
ruangan ini.
Sejenak ruangan menjadi hening.
" Ratu Kiara." Raja memanggil namaku lembut.
" Ya?" Jawabku menoleh ke arah raja.
" Apa kamu tahu kenapa dunia kami di sebut dunia kegelapan?" Tanya raja Anthoni.
" Karena penghuninya adalah iblis?" Jawabku polos.
Raja
Anthoni tersenyum kecut. " Kalau begitu harusnya dunia kami di sebut
dunia iblis, bukan dunia kegelapan." Jawab Raja Anthoni.
" Lalu kenapa?" Tanyaku.
"
Dunia kami di sebut dunia kegelapan, karena dunia kami memang gelap.
Tak pernah ada cahaya matahari di dunia kami." Jelas raja Anthoni
Aku tertegun mendengar kata kata itu. Tak ada cahaya matahari? seumur hidup mereka dalam kegelapan?
"
Semua bangsa iblis, tidak tahan terhadap matahari. Kami bisa mati kalau
berada di bawah terik matahari langsung." Lanjut raja Anthoni. Ya, aku
tahu bagian ini.
" Maka dari itu, ribuan tahun yang lalu, leluhur
kami membuat perisai langit yang menyelubungi seluruh dunia iblis agar
sinar matahari tidak masuk ke dunia kami. Sejak saat itu, dunia kami
jadi gelap. Tak pernah tersentuh matahari. Makanya dunia iblis sekarang
di sebut dengan dunia kegelapan." Kata raja Anthoni.
Aku terdiam
mendengar cerita itu. Kalian tahu? duduk di bawah matahari pagi itu
sangat menyenangkan bukan? Juga menyehatkan. Dan lagi, semua juga jadi
terlihat indah di bawah sinar matahari. Aku tidak bisa membayangkan
kalau aku harus hidup tanpa pernah merasakan hangatnya cahaya matahari.
"
Lalu,.. Bagaimana kalian hidup? Tanaman, hewan, bukankah mereka butuh
sinar matahari? Darimana kalian mendapatkan makanan kalau bahkan tak ada
tumbuhan yang bisa hidup di tanah kalian?" Tanyaku panjang lebar.
"
Kamu lupa Kiara? Kami bisa sihir. Kalau hanya sekedar makanan. Itu
perkara mudah." Jawab Alden. Oh.. tentu saja, bagaimana aku bisa lupa?
Dengan sihir apapun bisa kau dapatkan.
" Sebaiknya sekarang kita makan." Ajak ratu Esme yang langsung di ikuti anggukan oleh semuanya.
Kami
beranjak menuju ruang makan yang tak jauh dari ruang keluarga tempat
tadi kami mengobrol. Ruang makannya tak terlalu besar, mungkin ini
memang ruang makan khusus untuk anggota keluarga saja. Tapi.... ruangan
ini benar benar menakjubkan! Apa kalian ingat film Harry Potter? Kalian
pasti akan merasa sedang berada dalam film itu jika memasuki ruangan
ini. Langit langit di atas ruangan ini di sihir menyerupai langit senja
lengkap dengan burung camar yang terbang rendah menuju matahari
terbenam. Aku akan mengira sedang makan malam di ruangan terbuka jika
saja mataku tak melihat dinding yang mengelilingi ruangan ini.
"
Kau suka?" Tanya Elden yang entah sejak kapan berada di sampingku. Aku
duduk di samping ratu Esme, di unung meja ada raja Anthoni dan di
seberangku Alden dan Filia.
" Sangat cantik." Jawabku.
" Itu hadiah ulang tahun untuk ibu dari kami." Kata Elden.
" Kami?" Tanyaku bingung.
"
Aku, Alden dan Filia. Tentu saja ini ide kak Alden, karena aku bahkan
seumur hidup belum pernah melihat yang namanya matahari. Kak Alden
memberi bayangan pada kami seperti apa matahari, lalu kami bertiga
membuatnya di atap ini. Cukup sulit karena kami harus menggunakan sihir
kuno untuk membuat gambar ini terlihat hidup dan berganti suasana sesuai
aslinya." Ya, burung camarnya benar benar terbang dan sesekali
mengeluarkan suara.
" Berganti sesuai aslinya?" Tanyaku yang "lagi lagi" bingung.
"
ya, saat pagi, siang sore malam. Atap ini akan berubah sesuai dengan
waktu yang sebenarnya. Kalau kamu kesini pagi maka yang kamu lihat di
atas sana adalah suasana matahari terbit." Jawab Elden yang terlihat
mulai gemas dengan kelambananku.
" Ayo mulai makan." Kata Ratu Esme.
Dengan
sigap para pelayan membukakan tutup makanan di depan kami, dengan sihir
tentunya. Di meja makan terhidang aneka masakan jepang yang sangat
menggoda lidahku. Dari teriyaki, sashimi, tamago dan teman temannya,
terhidang manis di meja.
" Darimana kalian tahu kalau aku suka masakan jepang?" Tanyaku heran. Aku memang penggemar no.1 masakan jepang.
" Daniel tentu saja." Jawab Alden.
"Oh." Jawabku. Dan tanpa menunggu lama aku langsung makan dengan lahap.
- - - - - - - - - - - - -
Daniel POV
" Kiaraaaa!" Ahhh aku benar benar frustasi.
Bagaimana
bisa dia pergi begitu saja dengan Alden padahal dia tahu kalau aku
masih menunggunya di istana. Hanya meminta Veon untuk menyampaikan pesan
padaku. Apa dia benar benar tak punya perasaan apapun padaku? Bahkan
setelah dia tahu aku mencintainya, dia tetap bersikap cuek seperti itu?
Ahhhhhhh
.....
Ini yang ku takutkan..
Apa dia mulai merasa tidak nyaman bersamaku dan mulai menghindariku?
.....
Sakit Kiara.... Perlakuanmu membuat hatiku sakit....
- - - - - - - - - - - - -
Elden POV
" Berminat untuk menginap?" Tanyaku pada Kiara saat kami sedang duduk di teras di samping ruang makan.
Kiara diam memandangku cukup lama tanpa bersuara.
" Kau bercanda?" Tanya Kiara sambil mencibir. Wajahnya jadi terlihat sangat lucu.
"
Tentu saja tidak, ada banyak kamar tamu disini, lagipula,, kamarku
cukup luas jika kau tak ingin tidur sendirian." Kataku sambil tersenyum
jahil.
Ouchh, Kiara langsung menghadiahiku dengan pukulan di bahu dan tatapan membunuh.
"
Kau dan Alden. Wajah kalian sama persis. Tapi bagaimana mungkin kau
bisa sangat kurang ajar sedangkan Al bersikap sangat manis." Kata Kiara
sengit.
" Hahaha, kau tahu aku hanya bercanda Kiara." Kataku ringan.
" Dan candaanmu sangat tidak lucu El!" Kata Kiara yang masih setia dengan wajah cemberutnya.
"
Masa? Menurutku sangat lucu." Jawabku sambil mengedipkan sebelah mata.
Entah kenapa, Kiara selalu terlihat salah tingkah jika aku mengedipkan
mataku padanya. Dia benar benar manis.
" Kiara..." Uh,,, Filia berteriak memanggil Kiara sambil berlari kemari. Mengganggu saja.
" Ada apa?" Tanya Kiara ramah. Sepertinya ratu menyukai adik perempuanku ini.
" Kiara, apa kamu mau belajar sihir bersamaku? Aku baru saja menemukan buku kuno...." Aku langsung memutus kata kata Filia.
" Tidak lagi Filia, terakhir kali kau mencoba sihir kuno. Kau hampir meruntuhkan separuh istana ini." Potongku.
" Benarkah?" Tanya Kiara dengan mata melebar.
" Ya. Dan hampir setiap hari dia menghancurkan barang barang dengan sihirnya." Tambahku.
" Aku tidak seperti itu kak." Filia merengut mendengar kata kataku.
" oh iya Kiara, apa kamu sudah bisa sihir?" Tanyaku.
"
Belum." Jawabnya sambil tersenyum. " Kata Alden aku sangat lambat.
Dengan tenggang waktu yang tinggal sebulan harusnya aku sudah bisa
sihir." Lanjut Kiara.
" Apa sudah pernah mencobanya?" Tanyaku.
" Eh?" Tanya Kiara tak mengerti.
" Sihir. apa lagi?" Tanyaku gemas.
" Sudah ku bilang aku belum bisa sihir." Kata Kiara tak kalah gemas dariku.
" Kamu tak akan tahu kalau belum mencobanya." Kataku. " Coba kamu arahkan tanganmu ke arah pot itu dan ucapkan feror."
Kiara hanya memandangku tak paham.
" Cepat Kiara, katakan feror." Pintaku lagi.
Kiara
menurut, menangkat tangannya dan mengarahkannya ke arah pot di depan
kami lalu "feror" Katanya lirih. Tapi tak terjadi apapun. Hemmm, memang
benar benar belum bisa ternyata.
" Sudah ku bilang aku belum bisa sihir." Kata Kiara cemberut.
"
Setiap pagi kamu harus mencobanya. katakan feror pada benda apapun yang
ada di depanmu. kalau benda itu melayang berarti kamu sudah bisa
sihir." Perintahku padanya. Kiara hanya mengangguk antusias.
" Kiara, sudah waktunya pulang." Kata kak Alden yang entah sejak kapan ada di sebelahku. AKu tak menyadari kehadirannya.
" Nanti kak. Filia belum puas mengobrol dengan Kiara." Kata Filia merengek.
"
Tidak bisa Filia. Aku tidak mau besok Daniel marah marah karena
terlambat mengantar Kiara pulang." Kata kak Alden. Air muka Kiara
langsung berubah begitu mendengar nama Daniel.
" Baiklah ayo pulang, aku mau pamit dulu dengan raja dan ratu." Kata Kiara sambil beranjak pergi.
" Aku temani ya." sahut Filia yang langsung menyusul Kiara.
" El." Panggil kak Alden ketika kami sudah berdua di teras.
" Hem?" Tanyaku.
" Aku sudah memperingatkanmu untuk tidak menggoda ratu." Kata kak Alden.
" Aku tidak menggodanya." Kataku.
" Aku hanya tidak ingin kau terluka." Kata kak Alden sambil beranjak pergi...
Aku tak begitu paham apa maksud kak Alden.
* * * * * * * * * * * * * * * *
To be continue...