Senin, 11 November 2013

Fairy Tale Chapter 32 Final War











 The world is indeed full of peril and in there are many dark places.
but still there is much that is fair.
And though in all lands, love is now mingled with grief, it still grows, perhaps, the greater.
J.R.R Tolkien. -The Lord of The Ring-


Author POV



Kiara memeluk Alden begitu erat. Tubuhnya semakin melemah.

"Al... Tidak... Jangan tinggalkan aku Al... Aku membutuhkanmu... Aku... Aku..."

Sedetik yang lalu... aku baru saja jatuh cinta padamu... Kau berhasil menyentuh hatiku...

Dunia serasa berhenti di sekiling Kiara, yang ada di pikirannya hanya Alden. Keselamatannya..

Lux Vitae...

Sebuah mantra muncul begitu saja di dalam benak Kiara. Tanpa pikir panjang dia langsung mengucapkan mantra itu dengan segenap hatinya. Berharap Alden bisa selamat...

"Lux Vitae...." Seluruh tubuh Kiara langsung berpendar keperakan begitu dia selesai mengucapkan mantra itu.

Alden yang sudah semakin melemah hanya bisa memandang takjub pada Kiara.

Kiara memeluk Alden begitu erat. Mencoba mengalirkan energi yang begitu besar di dalam dirinya.

Perlahan Kiara melepas pelukannya pada Alden. Tubuh Alden sekarang diselimuti oleh cahaya. Kiara membaringkan Alden di tanah. Mata Alden sudah tertutup. Tapi Kiara tahu Alden belum mati. Alden masih bisa selamat. Atau... seperti itulah harapannya.

Lux Vitae... Cahaya Kehidupan... Selamatkan Alden.. Aku mohon...

Kiara meninggalkan Alden yang terselimuti cahaya. Dia memasrahkan semuanya pada takdir. Sekarang saatnya bertempur...!!!

-----------------------


Veon dan Caith berdua berdiri di hadapan Lamia.

Pedang Veon menempel setia di leher Lamia. Siap menebasnya kapan pun. Mereka berhasil menyingkirkan tongkat sihir dari tangan Lamia, sehingga sekarang dia sudah tidak berkutik lagi.

"Jawab bibi, kenapa kau membunuh ibu? Ibu sangat menyayangimu seperti saudaranya sendiri. Bagi ibu, bibi adalah sahabat setianya. Kenapa bibi tega membunuh ibu?" Caith bicara berapi-api.

"Sahabat? cihh. Sahabat macam apa yang berani menusuk dari belakang? Dia mencuri Eferhard dariku. Dia bukan temanku. Di mataku dia hanya seorang pencuri."

"Ayah? Apa maksud bibi ibu mencuri ayah dari bibi?" Caith terlihat tidak dapat memahami Lamia.

"Ya, Eferhard dulu adalah kekasihku, tapi Kayla merayunya sampai akhirnya Eferhard mau menikah dengannya."

"Kau salah bibi Lamia." kali ini Veon angkat bicara. " Itu semua hanya khayalanmu. Kau sendiri sebenarnya menyadari, ayah tidak pernah menaruh hati padamu. kau tahu betul cintamu bertepuk sebelah tangan. Kau hanya menyalahkan ibu atas kesalahan yang tak pernah dia lakukan. Kau hanya iri pada ibu kan bibi..."

"Tidak!! Kayla adalah pengkhianat!!!"

Lamia berteriak histeris, Veon melepaskan pedangnya dari leher Lamia. Membunuhnya hanya akan membuat dirinya tidak berbeda dengan para iblis itu.

------------------------


Iblis-iblis itu mundur selangkah begitu melihat Kiara mendekat ke arah mereka. Tubuh Kiara masih berpendar keperakan. Kedua sayapnya terbentang sempurna di belakang punggungnya.

Kiara sedikitpun tidak tersenyum. Matanya menatap lurus pada Ken. Iblis yang sudah mengutuk Alden.

"Ratu kita sedang marah..." Ken tersenyum mencibir. Sepertinya dia memang selalu menggunakan kata-kata untuk menyerang psikologi lawannya terlebih dulu.

"Menurutmu begitu?" Kiara berkata dengan sangat tenang. Bahkan Kiara sendiri heran darimana datangnya ketenangan luar biasa yang tidak mungkin di miliki oleh dirinya yang biasa.

Kiara mengangkat tangannya, bersiap mengucapkan mantra.

Kelima iblis itu juga bersiap menyerang Kiara secara bersamaan.

Elden dan Filia langsung mendekat untuk membantu Kiara.

"Maledicto mortis.." Kelima iblis itu serempak mengucapkan kutukan kematian untuk Kiara.

Elden dan Filia menggumamkan mantra yang sama untuk melawan mantra iblis-iblis itu.

Dan Kiara...

"tenebras extinctum lumen substituitur a..." Sihir tertinggi.... Akhirnya dia mengetahui mantra sihir tertinggi...

Cahaya keperakan yang berpendar pada tubuh Kiara menyebar dan meluas. Mengisi setiap inchi bagian dunia. Kegelapan sirna dalam sekejap. Benang-benang merah yang tercipta dari mantra kutukan kematian memudar tanpa bekas.

Seluruh alam menunduk takjub pada kemampuan sang ratu.

Kegelapan sirna...

Kekuatan jahat lenyap dari muka bumi...

Tergantikan dengan cahaya yang membawa kedamaian dan cinta....

--------------------




Kiara, Daniel, Veon, Caith, Elden dan Filia, terduduk lemah di depan Alden yang masih terbaring di tanah.

Tubuh Alden masih di selimuti cahaya, tapi dia tak bergerak sedikitpun.

Kelima iblis itu lenyap begitu saja ketika Kiara menggunakan sihir tertinggi. Sedangkan Lamia dan pengikutnya kehilangan kemampuannya dan di giring ke penjara.

"Kemana hilangnya iblis-iblis itu?" Filia memecah keheningan. Tapi matanya tak lepas dari tubuh kakaknya yang terbaring diam.

"Ke neraka. kemana lagi?" Elden menjawab sekenanya.

"Ya,, mereka seharusnya memang sudah mati ratusan tahun yang lalu. Mereka menjadi abadi karena pengaruh sihir gelap yang sangat kuat. Begitu sihir itu lenyap. otomatis mereka semua langsung mati." Terang Kiara.

"Caith, Veon,, aku turut berduka atas kematian ratu Kayla. Maafkan aku yang tak bisa berbuat apapun untuk kalian..." Lanjut Kiara.

Caith dan Veon hanya mengangguk lemah.

"Tidak apa-apa, ini sudah takdir..." Jawab Caith lirih.

Hari sudah mulai gelap..

Tapi Alden tetap tak sadarkan diri. Tubuhnya masih tetap di selimuti cahaya.

Semua orang mulai terlihat khawatir.

"Kalian semua pulang dan beristirahatlah. Biar aku yang menjaga Alden." Kata Kiara.

Semua mengangguk mengerti. Dari nada bicara Kiara, semua paham kalau dia hanya ingin berdua saja dengan Alden.

Satu per satu dari mereka pergi meninggalkan tempat itu, hingga hanya tersisa Kiara dan Alden.

"Leva..." Kiara menyihir Alden agar bisa mengangkatnya dengan mudah dan membawanya masuk ke dalam rumah ratu Reyna. Sekarang Alden adalah suaminya, jadi dia juga bisa masuk ke dalam rumah ratu Reyna.

Kiara membaringkan Alden di ranjang. Al tidak bergerak sedikitpun. Namun tubuhnya masih berlumuran cahaya.

Kiara berbaring disisi Alden. Memandang wajah suaminya dengan kepedihan hati yang dalam.

"Apa kau akan meninggalkanku seperti ini Al?" Rintih Kiara pelan.

"Apa kau akan meninggalkanku setelah membuatku jatuh cinta?"

Setetes air mata meluncur pelan di kedua pipi Kiara.

"Al..."

Kiara tersedu,,,

Kini tangisnya pecah, menggema di setiap sudut rumah itu. Mencoba membangunkan Alden yang terbaring tanpa daya...


Kekasihku...
Bangun dan dengarkanlah aku.
Apalah artinya diriku tanpa ada kamu disisiku?
Kamu pun tahu betapa rapuhnya aku tanpa kehadiranmu
Kamu yang lebih tahu apa yang harus dan tidak harus ku lakukan.
Rajaku...
 Bangun dan dengarkanlah aku
Aku membutuhkanmu disisiku...
Berdua, selamanya..
Merajut rasa yang tertuang di hati kita
Suamiku...
Bangun dan dengarkanlah aku
Aku mencintaimu
dan aku ingin kamu tahu itu

----------------------------------------

To be Continue...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar