Senin, 11 November 2013
Fairy Tale Chapter 29 The Wedding
Kiara POV
Filia membantuku memakai gaun pengantin yang sudah disiapkan oleh ratu Esme. Gaun yang sangat cantik. Gaun putih yang semakin kebawah menjadi sedikit hijau. Warna yang benar-benar sempurna. Terlihat natural dan pas sekali dengan kulit tubuhku.
“Kiara, hari ini aku yakin kamulah yang tercantik di dunia.” Filia tersenyum senang.
“Terima kasih.”
Aku mematut diri di depan cermin. Memastikan penampilanku sudah sempurna. Hari ini hari bersejarah untukku.
“Sudah siap nak?” Mama menepuk bahuku lembut. Aku tersenyum membalas pertanyaan mama.
Filia sedang memakaikan mahkota kecil di atas sanggulan rambutku. Kain tile putih menjuntai indah dari atas kepalaku.
“Kamu terlihat sangat tegang sayang.” Papa memandangku hangat.
“Tentu saja pa, hari ini adalah hari pernikahannya. Bagaimana mungkin Kiara tidak tegang.” Mama menyahuti omongan papa.
Ya, meskipun aku dan Alden tidak saling mencintai, tapi itu tidak mengurangi sedikitpun ketegangan sebelum pernikahan.
“Mempelai pria sudah menunggu di altar Kiara..” Papa mengulurkan tangannya untuk ku gandeng.
“Jangan sampai dia menunggu terlalu lama pengantinya yang cantik ini.”
Aku menggandeng tangan papa pelan. Dadaku berdegup kencang. Kami mulai berjalan menuju altar. Detak jantungku berpacu semakin cepat seiring langkah kami yang semakin mendekat.
Aku sudah bisa melihatnya. Al... Calon suamiku... Begitu tampan... Pesonanya benar-benar membiusku. Setelan hitam dengan kemeja putih kehijauan yang senada dengan gaunku. Alden terlihat benar-benar sempurna. Mataku menolak berkedip barang sekalipun. Dia sangat.... menawan...
Papa berhenti di depan Alden lalu memberikan tanganku pada Al. Alden menerimanya dengan sangat halus. Lalu menatapku dengan penuh sayang. Tersenyum meyakinkanku lalu membimbingku maju ke altar tempat kami menikah.
Sekarang kami berdiri bersisian. Berdiri dengan kaki yang sedikit gemetar. Aku heran dengan reaksi tubuhku. Harusnya ini mudah. Aku bahkan tidak mencintai Alden, kenapa aku segugup ini.
Pendeta di depan kami memandang kami dengan khidmad. Dia bersiap memulai upacara pernikahan kami.
" Alden, Apakah engkau bersedia menerima wanita ini sebagai istrimu? mengasihinya, menghiburnya, menghormati dan memeliharanya dengan baik. saat dia sakit maupun sehat? dan akan mencintainya selama hidupmu?"
Alden memandangku sekilas sebelum menjawab.
"Saya..."
Ddduuuarrrr
Tiba-tiba terjadi ledakan yang sangat keras. Pendeta di depan kami kemudian tersungkur ke tanah.. Meninggal..
"Iblis-iblis itu ada disini..." Al berteriak pada semua orang. Memperingatkan mereka.
"Halo pangeran..." Sesosok pria muda muncul begitu saja di depan kami. Dia berjalan semakin mendekat ke arah Alden.
Alden bergeming. Namun matanya dipenuhi amarah. Dia hanya menatap lekat pada pria di hadapannya.
"Jadi ini, sang pangeran Alden yang begitu di cintai oleh gadis bodoh itu? hmm lumayan...." Iblis terkutuk -yang tampan luar biasa- itu berjalan mendekat ke arah Alden.
"Kau!!" Al mendesis marah.
"Defensiva circuli" Elden, yang entah sejak kapan berada di belakangku langsung merapalkan mantra perlindungan.
"Om, cepat nikahkan kiara dan Alden." El memberi perintah tegas pada papa yang juga berada dalam lingkaran perlindungan yang di buat Elden.
"Tapi aku tidak bisa..."
"CEPAT om!!" El membentak, meski aku tahu dia tak bermaksud begitu.
"Ba..baiklah..." Papa terlihat terkejut dan sedikit ketakutan dengan reaksi Elden.
"Al..Alden.. Apakah kamu bersedia me..menerima..."
Dduaarrrrr
ledakan kembali terjadi, lingkaran pelindung Elden lenyap dalam sekejap.
"El, aku akan membawa Kiara dan papanya pergi dari sini untuk melanjutkan pernikahan, ku atasi keadaan disini." Elden mengangguk mengerti mendengar instruksi kakaknya.
Alden langsung menggenggam tanganku dan papa lalu membawa kami ke rumahku.
Rumah kami begitu lengang. Tapi entah kenapa terasa begitu mencekam.
"Kiara, mama masih di dunia kegelapan, mama bisa celaka..." Papa terlihat panik.
"Om, disana ada Daniel dan yang lainnya, mama pasti akan di jaga dengan baik. Sekarang om harus menikahkan kami berdua. Itu satu-satunya cara untuk mengalahkan iblis-iblis itu." Alden sedikit terbawa emosi. Aku tahu dia sangat panik.
"Alden benar pa, papa cepat nikahkan kita berdua." Pintaku lembut.
Papa mengangguk mengerti dan langsung berdiri menghadap kami berdua.
"Alden, Apakah engkau bersedia menerima wanita ini sebagai istrimu? mengasihinya, menghiburnya, menghormati dan memeliharanya dengan baik. saat dia sakit maupun sehat? dan akan mencintainya selama hidupmu?"
"Ya, saya bersedia." Jawab Al mantap.
"Kiara, Apakah engkau bersedia menerima lelaki ini sebagai suamimu? Mengasihinya, menghiburnya, menghormati dan memeliharanya dengan baik saat dia sakit maupun sehat? dan akan mencintainya selama hidupmu?"
"Kiara..." Tiba-tiba saja sarah muncul di ruang tamu rumahku. Dia terlihat tergesa-gesa.
"Cepat selesaikan pernikahan kita Kiara.." Pinta Alden.
"Ya, saya bersedia..." Jawabku meski sedikit terlambat.
"Kiara jangan..." Sarah kembali berteriak.
"Sekarang kalian sudah resmi menjadi suami istri." Papa berucap dengan nada resmi.
"Kenapa sarah?" Aku mendekat kepada sarah begitu prosesi pernikahan selesai. Tapi Alden menahan tanganku.
Aku memandang Al bingung. Tapi Al hanya menjawabnya dengan gelengan.
"Kemarilah, katakan ada apa?" Pintaku pada sarah. Aku memilih mengalah pada Alden. Karena aku tahu dia hanya sedang waspada.
Sarah berjalan lambat ke arahku. Entahlah tapi aku merasa dia sedang mengulur-ulur waktu. Tapi untuk apa?
"Sarah...? Ada apa?" Sungguh aku ingin segera kembali ke dunia kegelapan dan membantu mereka yang sedang bertempur melawan para iblis itu.
Tiba-tiba saja muncul sepasang sayap di punggung Sarah dan dengan kecepatan luar biasa dia melesat maju sambil mengarahkan sebilah pisau ke dadaku.
"Surrexitque.." Alden dengan refleks langsung membaca mantra dan seketika sarah terpental jauh kebelakang.
"Sarah?? Apa yang terjadi??" Aku menatap nanar pada sahabatku. Bagaimana bisa dia mencoba membunuhku? Aku begitu menyayanginya. Bagaimana mungkin dia justru ingin aku mati?
Dan lagi... Darimana dia mendapatkan sepasang sayap itu? Apa...
"Dia bersekutu dengan iblis..." Al menjawab ketakutanku.
Sarah sudah bangkit kembali dan menyeringai kepadaku. Dia terlihat,, mengerikan...
"Kaget Kiara? Masih ada banyak kejutan lagi untukmu... ratuuu.." Aku masih bergeming. Tak
percaya dengan mata dan telingaku sendiri. Kenapa dengan sahabatku ini?
"Kita tak ada waktu untuk ini." Alden menarik tanganku dan papa lalu langsung menuju ke dunia kegelapan. Meninggalkan sarah sendirian di rumahku.
-------------------
Author POV
"Circulus protectione" Elden membuat lingkaran perlindungan untuk melindungi orang-orang yang tidak bisa bertempur.
"El, aku akan membawa mereka ke dunia peri agar lebih aman." Caith, dengan sigap langsung membawa orang-orang yang sudah di lindungi dengan mantra perlindungan ke dunia peri. Ya, itu memang lebih baik.
Iblis terkutuk itu hanya berlima, tapi istana dunia kegelapan sudah hampir runtuh karena ulahnya. Mereka itu terlalu kuat.
"Sagitta." Filia melepaskan panah menuju iblis yang tadi hendak menyerang Elden. "Kak, jangan melamun! Kau mau mati."
"Maaf." El menjawab sekenanya dan kembali bertempur melawan para iblis abadi. Semua prajurit dunia kegelapan sudah tergeletak tak bernyawa. Iblis-iblis itu seperti kebal terhadap mantra apapun.
Mereka juga tak bisa di serang dari jarak dekat karena mereka punya refleks yang luar biasa terhadap serangan.
Semua orang mulai terlihat frustasi. Apa yang harus di lakukan?
"El, bantu ayah.." Raja Anthony sedang merapalkan matra. Terlihat bola cahaya hijau mulai terbentuk di telapak tangannya. Itu adalah mantra pelumpuhan.
Elden berlari mendekat ke arah ayahnya.
"Kutukan kematian El."
"Tapi ayah.."
"Cepat."
Elden menurut dan mulai merapalkan mantra sihir. Benang-benang merah transparan terbentuk. semakin lama semakin pekat.
" Siap?"
"Ya, ayah..."
Raja Anthony mengarahkan bola cahaya hijau kepada salah satu iblis itu. Tepat mengenai dadanya. Tapi iblis itu bergeming. Tak merasakan efek apapun dari sihir yang mengenainya. Elden dengan sigap langsung menyerang iblis itu kembali dengan kutukan kematian. Benang-benang merah itu melilit tubuh sang iblis.
Sedikit bekerja, iblis itu tampak kesakitan. Tapi... dia tidak mati. Harusnya, siapapun yang terkena kutukan kematian langsung mati seketika.
"Sordida anima mea ad inferos" Kiara yang baru saja tiba langsung membaca mantra sihir kuno, dan menyerang iblis yang sedang terlilit benang kematian.
Terjadi ledakan besar. Semua orang langsung berhenti bertarung dan melihat ke arah ledakan.
Iblis itu terlihat sekarat, tapi dia masih tetap hidup.
"Sang ratu...." Gumam Ken, salah satu iblis itu. Dia langsung membantu temannya yang sekarat untuk berdiri dan dalam sekejap mereka berlima menghilang dari sana.
------------------
Caith POV
" Ayah, ibu dan tante berdua lebih baik disini. Lebih aman. Aku akan kembali ke dunia kegelapan untuk membantu mereka."
Aku sudah hendak pergi kembali ke dunia kegelapan ketika tiba-tiba aku merasakan kehadirannya...
Carra...Jodoh palsuku!!
Untuk apa Carra datang kemari?
Aku putuskan untuk terbang mengitari istana, memastikan keadaan aman.
Istana terlihat lengang. Tak ada yang mencurigakan.
Tunggu... Itu... Sepasang sayap kuning itu..
Itu benar-benar Carra, dia menuju aula besar. Tempat ayah dan ibu berada..
Aku langsung terbang cepat menuju aula besar. Pasti mereka merencanakan sesuatu...
"Hahahaha..." Tawa membahana langsung menyambutku begitu aku tiba di aula...
"Kayla,, akhirnya tiba kesempatanku untuk melenyapkanmu dari dunia ini..." Itu... Bukankah itu bibi Lamia??
Bibi Lamia mengeluarkan tongkat kecil dari balik lengan bajunya, Itu.. tongkat sihir!!!
"Ibu awas...!!!" Aku berusaha menyelamatkan ibu, tapi Dean langsung mencengkeramku dengan kuat.
Ayah dan mama kiara dan Daniel sendiri tak bisa melakukan apapun karena dibekuk oleh dua penjaga sekaligus
"Maledicto mortis" Benang-benang merah membelit tubuh ibu dengan cepat. Wajah ibu langsung memucat dan jatuh dengan pasrah...
"Tidakkkkkkk!!!!!! Ibuuuu......."
Mantra itu.. Kutukan kematian..
"Ibu... jangan mati ibu..."
"Bibi, kenapa bibi lakukan ini pada ibu..."
"Hahahaha.... Akhirnya kau mati kayla. Dean, penjarakan mereka berempat. Dan urus mayat ini."
"Baik ratu..." Dean langsung menyeretku menuju penjara bawah tanah beserta ayah dan mama Kiara.
Jadi ini tujuannya berpura-pura menjadi pelayan Veon, untuk mengetahui seluk beluk istana ini.
Aku pasti akan menghukum kalian semua!!! Lihat saja nanti!
----------------
Kiara POV
"Kenapa iblis itu tidak mati? Aku sudah menggunakan sihir kuno untuk membunuhnya..."
"Ada mantra khusus Kiara.." Jawab Elden. Dia terlihat lelah dan frustasi.
Kurasa semua orang memang sedang lelah dan frustasi.
"Apa mantranya El?"
"Aku juga tidak tahu, di buku yang ku baca hanya di jelaskan ada mantra khusus yang hanya bisa di gunakan oleh sang ratu, tapi tidak di tulis apa saja mantranya.."
"Jadi semua ini sia-sia? Kiara tetap tak bisa mengalahkan iblis-iblis itu?" Daniel bertanya dengan pesimis.
"Kurasa ada yang tahu mantra itu.." Alden memberi ide.. " Ratu Reyna..."
Benar juga...
"Tapi bagaimana cara menemuinya Al? Waktu itu ratu Reyna lah yang datang sendiri menemuiku, bukan aku yang mencarinya..."
"Kita coba saja Kiara, kamu tidurlah disana lagi, aku yakin ratu Reyna pasti akan datang menemuimu.."
Aku tersenyum lembut pada Alden, dia selalu bijaksana..
Perang sudah di mulai, entah bagaimana caranya,,, tapi kami harus menang.
Demi kedamaian dunia ini,,,
Harus...
*******************
Bersambung...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar