Senin, 11 November 2013

Fairy Tale Chapter 31 War part 2









Author POV


Daniel Veon dan Filia langsung tiba di dalam penjara tempat Caith dan yang lainnya di tahan.

 "Daniel..." Caith berkata spontan.

"stttt" Daniel memberi instruksi untuk diam.

"Dimana ibu dan tante?" Daniel berbisik.

"Di ruangan sebelah. Kita harus cepat sebelum ada yang kesini."

Filia langsung melakukan teleport ke ruangan sebelah lalu daniel langsung membawa mereka ke istana dunia kegelapan. Penyelamatan yang sangat mudah.

Daniel Veon Caith dan Filia kembali lagi ke dunia peri untuk membantu peperangan.

-------------------



 "Ken..." Wajah Alden menegang. Tak mengira para iblis itu akan menghadang mereka disini.

"Kenapa pangeran Alden? Ah,, atau sekarang harus ku panggil raja tiga dunia??" Ken tersenyum mengejek pada Alden.

"Ken sudah hentikan basa basinya." Darren, salah satu iblis terkutuk yang kemarin terluka parah itu terlihat tak sabar. "Suruh ratu kalian keluar, aku sudah tak sabar ingin melawannya."

Alden langsung mengambil ancang-ancang demi mendengar nama Kiara di sebut. "Kalian tak akan bisa melukai ratu sedikitpun selama aku masih hidup."

"Augue." Alden mulai menyerang kelima iblis itu. Bola api besar melesat cepat ke arah ken. Tapi hanya dengan kibasan tangannya, bola api itu lenyap tanpa bekas.

"Apa kau belum mengerti juga Al? Kami tak akan bisa di lukai dengan sihir rendahan seperti itu." Ken kembali mencibir.

"Maledicto mortis" Elden menggunakan kutukan kematian dan benang-benang merah pun melilit tubuh Darren. Meski mereka tidak mati, setidaknya kutukan kematian bisa membuat mereka kesakitan.

"Semuanya, serang dengan kutukan kematian." Alden memberi instruksi kepada semua prajuritnya.

 "Maledicto mortis." Semua prajurit menyerang dengan kutukan kematian seperti yang di perintahkan Alden. Kelima iblis terkutuk itu terjerat ribuan benang merah sampai mereka kesakitan.

"Kiara, keluarlah..." Alden berteriak di depan gerbang rumah ratu Reyna berharap Kiara segera keluar. Tapi tak nampak gejala keberadaan Kiara disana.

Satu per satu benang merah yang membelit para iblis mulai terputus. Rupanya iblis terkutuk itu mulai bisa melepaskan diri jari jeratan mantra dan mengembalikan kutukan kematian pada yang merapalkan mantranya.

Para prajurit mulai tumbang. Alden mulai khawatir dengan jumlah mereka yang semakin habis.

"Ignis." Filia yang baru datang bersama Veon Caith dan Daniel langsung menyerang dengan sihir tinggi. Tapi seperti yang lainnya, sihir itu tak berpengaruh pada ken dan yang lainnya.

"El, mantrai pedang ini, aku dan Veon akan terbang mendekat ke arah mereka." Caith menyerahkan pedang kepada Elden lalu dia memantrainya agar pedang itu bisa melukai si iblis. Karena, pedang biasa tak akan mampu menggores iblis sedikitpun.

Caith terbang cepat ke arah Dior, salah satu iblis terkutuk yang terlihat paling tua. Dan Veon melesat terbang menyerang Arsya, satu-satunya iblis terkutuk wanita tapi justru terlihat paling kejam dan bengis. Tapi dengan mudah serangan mereka bisa di tangkis dengan tangan kosong.

"El, apa mantra mu juga berlaku pada senapan ini?" Daniel mengeluarkan pistol berlaras pendek dari balik bajunya. Entah dari mana dia mendapatkan senjata itu."

"Hemm, barang bagus Dan,," Elden tersenyum senang dan mengambil pistol itu lalu memantrainya agar mampu membunuh iblis itu.

Daniel menembakkan pistol ke arah Ken, peluru tepat mengenai perutnya. Tapi,,, dia hanya terjatuh sebentar lalu bangkit lagi. Hanya luka kecil yang tampak tak berarti bagi Ken. Mereka benar-benar tak bisa mati.

Mereka menyerang mati-matian. Ini adalah pertempuran final. Salah satu pihak harus keluar menjadi pemenang. Tak akan ada yang menerima hasil seri.

"Ken, panggil bantuan." Sam, salah satu iblis terkutuk yang tak kalah tampan dengan Ken mulai terlihat kewalahan dengan serangan bertubi-tubi yang di terima nya. Badannya penuh luka.

"Baiklah-baiklah." Ken yang di suruh masih terlihat tenang. Dia memang terlihat yang paling kuat di antara yang lainnya.

"Kiara,,, kenapa kau belum muncul juga? Apa yang terjadi padamu?" Alden terlihat khawatir di sela-sela pertempuran. Matanya tak pernah lepas dari mengawasi pintu gerbang rumah ratu Reyna.

Tak berapa lama Lamia dan pengikutnya muncul membantu para iblis dalam pertempuran. Alden dan yang lainnya di buat kewalahan sekarang. Peri-peri itu menyerang tanpa mengenal rasa takut.

"Sarah??" Daniel tercengang begitu melihat Sarah berdiri di hadapannya. Dengan sayap hitam bertenger sempurna di belakang punggungnya dan tongkat sihir kecil tergenggam di tangannya.

Sarah sendiri menatap Daniel penuh pemujaan. Dia sudah benar-benar di butakan oleh cinta.

"Halo Daniel, bagaimana aku sekarang? Aku sudah sama hebatnya dengan Kiara. Apa sekarang kau mau memandangku? Melihatku?"

"Sarah?? Apa yang terjadi padamu?"

"Aku? Aku ingin membuatmu terkesan. Aku ingin memilikimu." Mata Sarah terlihat lebih gelap dari sebelumnya. Sihir hitam telah menguasai dirinya.

-------------------------



Kiara POV


Ya, aku memang mendengarnya. Suara pertempuran di luar sana. Tapi aku tak bisa keluar tanpa membawa apa-apa. Aku masih belum tahu apa sihir tertinggi itu? Percuma saja aku keluar, aku tetap tak bisa mengalahkan iblis terkutuk itu.

Sudah ku baca lembar demi lembar buku yang ada di rumah ratu Reyna. Tapi tak ada satupun yang memberi petunjuk tentang sihir tertinggi.

Kuncinya adalah percaya...

Aku sudah mengulang kata-kata itu ribuan kali, tapi tak menemukan jawaban apapun. Setelah percaya lalu apa? Apa mantra itu akan muncul dengan sendirinya?

Kenapa semua begitu membingungkan?

Sihir tertinggi hanya bisa di gunakan oleh ratu sejati....

........

Degg....

Tiba-tiba saja kata-kata Elden dulu kembali ku ingat. Ratu sejati.... Adalah ratu yang memiliki raja...

Apa ini ada hubungannya?

Raja dan Ratu...

Pasangan...

Cinta.....

Iya,, pasti itu jawabannya...

Cinta..

Cinta adalah hal yang paling kuat yang ada di dunia

Sihir tertinggi adalah cinta...

Tapi masalahnya sekarang, aku sedikitpun tidak mencintai Alden, pasanganku...

Sudahlah... Pikirkan itu nanti. Semua sudah menunggu ku.

Setidaknya aku sudah tahu kata kuncinya.

----------------------------



Author POV


Kiara tercengang begitu keluar dari rumah ratu Reyna. Begitu banyak korban yang tergeletak di depannya. Hampir semua prajurit dunia kegelapan yang di bawa Alden sudah tewas.

Pertarungan terlihat semakin berat sebelah. Pihak Alden semakin kehabisan orang. Dan pihak para iblis mendapat bantuan dari Lamia dan pengikutnya.

"Kiara..." Daniel yang pertama kali menyadari kehadiran Kiara dan sama sekali mengabaikan keberadaan sarah di depannya. Hal itu langsung membakar amarah sarah.

"Aku sudah melakukan begitu banyak hal untuk membuatmu terkesan padaku, tapi kenapa yang ada di matamu selalu saja Kiara?!!!!" Sarah berteriak histeris. Matanya memerah penuh amarah.

 Daniel sedikitpun tak memperdulikan perkataan sarah dan berlari mendekat ke arah Kiara.

"Bagaimana Kiara, kau sudah mendapatkan mantra sihir tertinggi?"

"Entahlah, aku tidak tahu pasti." Jawab Kiara ragu. Alden yang ada di dekat situ pun ikut mendengarkan.

"Apa maksudmu Kiara? Jadi kita tetap tak bisa mengalahkan iblis-iblis itu?" Daniel terlihat frustasi.

"Dua hal yang aku tahu tentang sihir tertinggi adalah percaya dan cinta. Tapi aku tidak mengerti apa artinya itu."

"Defensiva circuli." Filia membuat lingkaran pelindung di sekitar Kiara Daniel dan Alden. "Kalian mau mati?! Jangan ngerumpi di tengah peperangan!!"

Tanpa menunggu aba-aba Daniel langsung kembali ke posisinya dan kembali bertempur.

"Tetaplah di dekatku Kiara, aku akan melindungimu. Kau berpikirlah dengan jernih. Pasti kita akan tahu jawabannya." Alden berdiri membelakangi Kiara, berbicara meski dirinya sendiri sedang bertempur.

"Bagaimana kalau aku tak bisa menemukan sihir tertinggi itu Al?"

Alden berhenti menyerang dan berbalik menghadap Kiara. lingkaran pelindung yang di buat Filia masih ada jadi mereka aman di dalamnya.

"Kiara, masihkah kau ingat perkataan ratu Reyna? Kita terpilih pasti dengan alasan tertentu. Kau, terpilih menjadi ratu dengan suatu tujuan. Lihatlah ke belakang. Betapa tegarnya dirimu saat memilihku menjadi raja, bukannya Daniel kekasihmu." Jeda sejenak, Alden membiarkan kata-katanya meresap ke dalam hati Kiara.

"Dan kenapa aku yang terpilih menjadi pasanganmu? Aku juga tidak tahu alasannya. Tapi aku percaya padamu Kiara. Kamu memutuskan dengan sebaik-baiknya. Dengan mengesampingkan ego mu sebagai seorang gadis. Dan memenuhi panggilanmu sebagai ratu tiga dunia."

"Al..."

"Bangkitkan kembali Kiara yang itu, Kiara yang begitu tegar dan bijaksana. Kiara yang memikirkan
kebaikan dunia di atas segala-galanya. Ratuku..."

Dada Kiara bergemuruh hebat. Kata-kata Alden begitu kuat mencengkeram hatinya. Begitu besar kepercayaan yang di berikan Alden pada Kiara. Kepercayaan yang bahkan tak di miliki oleh sang ratu sendiri.

"Aku mengerti..." Kiara memandang Alden dalam. Mereka begitu hanyut dalam suasana sampai melupakan peperangan. Mereka bahkan tak menyadari kalau perisainya sudah hancur.

"Aku memilihmu menjadi raja karena ini. hatimu Al... Kebijaksanaanmu..." Kiara menangkupkan kedua telapak tangannya di wajah Alden. Memandang dalam padanya, rajanya.

"Maledicto mortis.." Samar-samar Kiara mendengar mantra itu di ucapkan seseorang dari balik punggung Alden.

.....

"Kakak.....!!!! Tidak...!!!!" Filia yang juga menyadarinya berteriak histeris...

.....

Alden... Terjerat benang-benang merah kematian..

.....

Tubuh Kiara gemetar hebat. Kedua tangannya masih menyentuh wajah Alden lembut. Wajah yang semakin memucat.

"Al... Tidak...." Suara Kiara bergetar ketakutan.

"Ki,,kiara... A...ku percaya padamu...." Alden berkata terbata di antara sengal nafas terakhirnya...

 "Tidak Al... Tidak begini... Aku membutuhkanmu..." Kiara Menarik Alden ke dalam pelukannya.

"Se..lamatkan du...nia ini... ratu...."



******************


To be continue....







Tidak ada komentar:

Posting Komentar