Rabu, 14 Agustus 2013

Fairy Tale Chapter 26 Queen Reyna




Kiara POV


Daniel Caith dan Veon menyusul ke dunia kegelapan. Kami berkumpul di kamar Alden. Wajah semua orang terlihat tegang.

"Keadaan di dunia manusia tak jauh berbeda dengan dunia peri... Semuanya meninggal." Kata Daniel.

Kami tidak merasa terkejut mendengar itu. Pengawal yang disiapkan di dunia kegelapan juga sama... Entah apa yang ada di hati kelima iblis itu. Bagaimana bisa mereka semudah itu membunuh orang?

"Aku sudah berkeliling ke seluruh kota tapi tak menemukan Carra dan Dean. Mereka menghilang..." Caith berkata sendu. Aku yakin dia masih menyayangi Carra...

"Kelima iblis itu tak ada di tempatnya..." Kata Alden.

Semua orang diam tak tahu harus bicara apa. Bagaimana kita harus mengatasi mimpi buruk yang tiba-tiba menjadi kenyataan?

"Kiara... Menurutku,,, Kiara dalam bahaya." Kata Daniel tiba-tiba.

Semua orang mengangguk menyetujui. Aku sadar, semua penjahat itu pasti mengincarku. Apalagi jika mereka tahu aku bisa menghancurkan kelima iblis itu dengan sihir tertinggi.

"Bagaimana kalau untuk sementara Kiara tinggal di istana dunia kegelapan? Disini dilindungi dengan sihir. Jadi tak sembarang orang bisa kemari dan mencelakai Kiara.." Usul Alden.

Aku tahu maksud mereka baik, tapi aku mengkhawatirkan keluargaku...

"Aku rasa ada tempat yang lebih aman daripada istana ini." Kata Veon. Semua orang memandangnya, menunggunya melanjutkan kata-katanya. "Rumah ratu Reyna..."

Benar... Rumah ratu tiga dunia terdahulu tak bisa dimasuki oleh siapapun kecuali ratu tiga dunia. Disana memang tempat yang paling aman untuk bersembunyi.

"Kau benar Ve,.." Kata Elden. "Kiara sementara tinggal disana saja."

"Aku mau di rumah saja." Kataku. "Aku khawatir mereka akan mencelakai orang tuaku. Kalau aku di rumah, setidaknya aku bisa melindungi mereka."

"Kiara.. kami tak bisa membiarkanmu mengambil resiko. Tenanglah, kami akan menjaga orang tuamu dengan nyawa kami. Yang penting kau harus tinggal di rumah ratu Reyna ya." Bujuk Daniel.

Aku tahu tidak ada usul lain yang lebih baik dari itu. Lagipula... Aku memang ingin masuk ke rumah ratu Reyna.. Siapa tahu aku bisa menemukan sesuatu yang bisa membantuku mengatasi masalah.

"Baiklah.. Tapi bisakah kau tinggal di rumahku Al? Aku akan lebih tenang kalau kau disana bersama Daniel." Pintaku.

"Tentu." Jawab Alden dengan senyuman.

- - - - - - - - -


Daniel dan Alden mengantarku sampai di depan gerbang rumah ratu Reyna. Sekarang sudah gelap. Meskipun hutan ini tak begitu lebat, disini cukup menyeramkan bagiku.

"Masuklah Kiara, setelah ini kami akan langsung ke rumahmu." Kata Daniel.

Aku mengangguk dan memaksakan tersenyum. Well, tidak menyenangkan berada di tengah hutan sendirian.

Daniel maju dan mengecup keningku lembut. "Masuklah.."

Aku mengangguk dan melangkah memasuki pekarangan rumah ratu Reyna. Aku tak lagi terpental ketika memasuki gerbang seperti dulu. Karena sekarang aku sudah menjadi ratu sepenuhnya.

Aku melambaikan tangan pada Daniel dan Alden lalu memasuki rumah. Daniel dan Al langsung menghilang begitu aku sudah berada di dalam rumah.

Rumah ini begitu rapi dan bersih. Padahal sudah 1000 tahun tak ada yang masuk ke dalam rumah ini. Semua ini berkat sihir yang melindungi rumah ini. Bahkan rumpun pun tak ada yang tumbuh di pekarangan. Benar-benar sihir yang hebat.

Rumah yang cukup sederhana untuk ukuran seorang ratu. Ruang tamu kecil dengan perabotan seadanya namun tertata apik dan serasi. Di ruang tamu ini terpasang sebuah lukisan besar ratu Reyna. Ya, aku memang belum pernah melihatnya. Tapi aku yakin lukisan ini adalah ratu Reyna. Ada sesuatu dimatanya yang sama denganku. Caranya memandang dunia... Pandangan itu sama dengan pandanganku sekarang.

Aku melangkah ke bagian dalam rumah. Ruang makan sederhana yang menyatu dengan ruang santai. Perapian kecil itu membuat rumah ini tetap hangat. Hah...bahkan api di perapian tetap menyala selama seribu tahun. Aku tak tahu kalau sihir bisa semenakjubkan ini.

Aku masuk ke kamar tidur. Sangat nyaman dan rapi. Ada banyak buku disini. Kebanyakan tentang hukum ketiga dunia. Ratu Reyna pasti berkerja keras untuk menjadi seorang ratu yang baik. Pernak pernik cantik khas perempuan tertata rapi di atas meja.

 Di atas ranjang tergantung lukisan sepasang kekasih. Itu ratu Reyna, dengan... Kekasihnya yang meninggal itu?

Mereka tampak serasi. Tampak bahagia...

Seperti aku dan Daniel...

Aku membaringkan tubuhku di atas tempat tidur. Hari yang melelahkan membuatku cepat terlelap. Dalam sekejap aku sudah tertidur pulas.

- - - - - - - -


"Kiara..."

Seperti ada yang memanggilku.

"Kiara..."

Lagi.. Siapa sih yang memanggilku...

Aku membuka mataku perlahan...

ehhh.... Kenapa sekelilingku putih semua? Aku tidak di kamar ratu Reyna? Aku dimana?

"Kiara..."

Suara itu lagi.. Tapi di sekelilingku tak ada apa-apa..

"Siapa yang bicara?" Aku berteriak pada kehampaan disekelilingku. Benar-benar tak ada apapun. Hanya putih bersih. Akupun tak tahu apa kaki ku berpijak atau melayang?

Tiba-tiba sesosok bayangan terbentuk di depanku. Semakin lama terlihat semakin nyata. Seorang wanita cantik dengan rambut pirang terang. Sayap berwarna ungu fusia pudar bertenger cantik di punggungnya. Sayapnya... Bersinar...

Tunggu... Apa dia ratu Reyna? Karena hanya ratu tiga dunia yang mempunyai sayap bersinar.

"Aku Reyna... Ratu sebelum kamu Kiara..." Jelas wanita di depanku ini.

" Bagaimana bisa?" Bukankah ratu Reyna sudah meninggal? Bagaimana bisa dia datang menemuiku seperti ini? Apa aku juga sudah mati?

"Ini alam bawah sadar Kiara, aku bisa menemuimu di alam bawah sadar." Jawabnya.

"Kau benar-benar ratu Reyna?" Tanyaku.

Ratu Reyna hanya mengangguk ramah. "Kiara.. ada yang harus ku sampaikan padamu.."

 Ratu Reyna menggenggam kedua tanganku erat. "Kiara... Kau harus kuat. Percayalah kaulah yang terkuat di dunia ini. Karena kau harus menghadapi hal besar. Kalau kau tidak percaya pada kemampuan dirimu, maka percuma semua kemampuan yang kau miliki itu. Kuncinya adalah kepercayaan..."

Aku hanya memandang dalam kepada ratu Reyna.. Aku tak begitu mengerti apa yang di ucapkannya. Tapi kupastikan untuk mengingat semua ucapannya. Karena aku yakin setiap kata yang diucapkan ratu Reyna mengandung pesan yang berharga.

"Kiara... kita terpilih menjadi ratu karena takdir... Tapi jangan menyalahkan takdir atau apa.. Yang harus kau lakukan adalah menjalankan takdirmu sebaik mungkin. Semua pasti ada alasannya Kiara... Pasti..."

"Aku tahu ratu Reyna,, tapi ini terasa begitu berat untukku. Aku yang mulanya hanya gadis biasa, tiba-tiba di hadapkan pada kenyataan bahwa aku adalah seorang ratu tiga dunia. Dan lagi, sekarang ada iblis jahat yang berkeliaran. Dan hanya aku yang bisa mengalahkan mereka... Ini terlalu berat ratu..." Ungkapku.

"Aku tahu Kiara, aku juga dulu merasakan hal yang sama... Takdir berat yang harus kita emban di pundak kita.. Tapi... kita terpilih pasti dengan suatu alasan Kiara.. entah apapun itu."

"Ratu..."

"Kiara... ingatlah ini baik-baik... Hidup kita, sudah bukan menjadi milik kita sendiri.. Hidup kita adalah milik seluruh rakyat dunia. Apapun yang kita lakukan, keputusan apapun yang kita ambil,,, haruslah dengan mempertimbangkan nasib seluruh penduduk tiga dunia."

 Hening sejenak, aku berusaha meresapi kata-kata ratu Reyna.

"Bahkan perasaan kita pun... harus di nomor duakan. Kepentingan dunialah yang utama..."

Aku mengerti itu... Sangat mengerti...


- - - - - - - - -


Daniel POV


Malam ini aku menginap di rumah Kiara bersama Alden. Aku sudah membujuk ayah dan ibuku untuk ikut menginap disini, tapi mereka tidak mau. Padahal aku juga sangat mengkhawatirkan keselamatan mereka. Bukan tidak mungkin kalau mereka juga mengincar keluarga pemegang kunci kan?

" Kau gelisah sekali Daniel... Kenapa?" Tanya Al perhatian.

Mama dan papa Kiara sudah terlelap. Ya, sekarang memang sudah hampir pagi. Aku dan Alden memilih untuk tetap terjaga. Lagipula, aku sedikitpun tidak mengantuk. Kecemasan lebih menguasai diriku.

"Keluargaku.. aku juga mencemaskan mereka."

"Tidak hanya keluarga kita Daniel... Bahkan semua orang yang hidup di dunia ini juga dalam bahaya.. Di saat seperti ini kita tak boleh egois. Aku juga khawatir pada keluargaku. Tapi kita punya tanggung jawab pada dunia. Kita ini pemegang kunci.. Pendamping ratu.."

Alden selalu seperti itu.. BIjaksana dan tenang dalam semua situasi. Bahkan disaat paling mencekam sekalipun.

"Kau benar Al.. Lalu, apa yang sebaiknya kita lakukan?"

Alden terlihat berpikir keras. Aku sendiri tidak tahu apa yang harus kami lakukan. situasinya terlalu rumit dan terlalu mendadak. Dua hari yang lalu keadaan masih begitu damai, lalu tiba-tiba sekarang kekacauan menggelayuti kehidupan kami.

"Entahlah Daniel, aku juga tidak tahu. Mereka adalah Iblis, mereka bisa ada dimana saja. Meskipun mereka tidak bisa melewati gerbang antar dunia, sayangnya kita tak tahu sekarang mereka ada di dunia mana? Kita tak mungkin mengobrak-abrik ketiga dunia untuk menemukan mereka kan?"

"Lebih baik sekarang kita istirahat sebentar, sudah hampir pagi. Kita juga butuh tenaga." Aku mendahului Alden berbaring di sofa. Meski mataku tak mau terpejam, setidaknya berbaring cukup membuat ototku beristirahat.

Alden juga mencoba tidur meski aku tahu dia juga tidak mengantuk. Pikiran kami terlalu penuh untuk bisa dibawa tidur.

- - - - - - - - - -


Author POV


" Lamia... jadi apa yang kau inginkan sampai kau rela menjadi pengikut kami.." Kata salah satu iblis dari kelima iblis terkutuk yang berhasil kabur dari penjara itu.

" Aku.. ingin tahta kerajaan dunia peri. Dan yang paling utama... Aku ingin Kayla mati!!" Jawab Lamia dengan wajah penuh kekejaman.

"Hanya itu?" Tanya sang iblis. "Itu sangat mudah Lamia, tentu akan ku kabulkan secepatnya."

"Terima kasih."

- - - - - - - - - - -


Kiara terbangun saat matahari baru saja muncul. Dia bergegas membersihkan diri dan langsung kembali ke dunia manusia. Karena sekarang dia sudah menjadi ratu sepenuhnya, Kiara bisa berpindah dunia tanpa menggunakan liontin.

" Daniel..." panggilnya begitu dia berada di ruang tamu rumahnya. Daniel dan Alden masih tertidur.

"Kiara? bagaimana kau bisa ada disini?" Tanya Daniel sambil menegakkan duduknya. Alden juga mendekat ke arah mereka.

"Aku sudah menjadi ratu, jadi tak memerlukan liontin lagi kan.."

"Kau terlihat segar, tidurmu nyenyak?" Tanya Daniel perhatian. Di ciumnya kening kekasihnya itu lembut.

"Ehm.." Jawab Kiara. "Semalam aku bertemu ratu Reyna." Lalu Kiara menceritakan pertemuannya dengan ratu Reyna pada mereka berdua.

"Aku baru dengar ada hal seperti itu." Kata Alden begitu Kiara selesai bercerita.

"Entahlah Al, tapi setidaknya aku merasa terbantu. Perasaanku sedikit lebih baik sekarang. Tak sekalut semalam." Kiara memandang Alden lama.. Entah apa yang sedang dipikirkannya.

"Kiara kau disini?" Mama dan papa Kiara yang baru terbangun langsung menghampiri mereka. Mamanya memeluk putrinya erat.

"Kau baik-baik saja nak?" Tanya papa Kiara.

"Iya pah." Kiara memeluk kedua orang tuanya dengan dengan perasaan campur aduk. sedih, khawatir,.. "Kalian harus lebih berhati-hati sekarang, ma, pa. Aku harus melindungi dunia, jadi tak setiap saat aku ada disisi kalian. Kiara nggak akan bisa memaafkan diri sendiri kalau sampai terjadi hal buruk pada kalian..."

Dan ruangan itupun diselimuti tangisan pilu. Kecemasan begitu menggerogoti hati semua orang.

" Daniel, Alden, tolong kumpulkan semua orang. Aku harus mengumumkan sesuatu." Pinta Kiara.

"Semua orang?" Tanya Daniel tak paham.

"Iya, Seluruh keluarga pemegang kunci, termasuk orang tua kalian." Kata Kiara.

"Baik." Jawab Alden dan Daniel patuh.

"Al, ada yang harus ku sampaikan padamu. Daniel, kau pergilah dulu, Kau ke tempat Caith juga ya.." Pinta Kiara.

"Baiklah, aku pergi dulu." Pamit Daniel dan langsung bergegas pergi.

"Ada apa Kiara?" Tanya Alden.

"Al, sebelumnya maafkan aku... Kau ingat tentang perkataan Elden bahwa aku harus menikah?"

Alden mengangguk.

"Kau juga sudah dengar perkataan ratu Reyna tentang kepentinganku adalah nomor dua, yang pertama adalah kepentingan penduduk dunia..."

"Iya Kiara, lalu kenapa?" Tanya Alden tak sabar.

" Aku akan mengesampingkan perasaanku, begitu juga ku minta pada dirimu Al..."

Alden memandang Kiara tak paham.

" Menikahlah denganku... Jadilah rajaku... Pendampingku..."


* * * * * * * * * * * *

to be continue...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar