Rabu, 14 Agustus 2013

Fairy Tale Chapter 26 Queen Reyna




Kiara POV


Daniel Caith dan Veon menyusul ke dunia kegelapan. Kami berkumpul di kamar Alden. Wajah semua orang terlihat tegang.

"Keadaan di dunia manusia tak jauh berbeda dengan dunia peri... Semuanya meninggal." Kata Daniel.

Kami tidak merasa terkejut mendengar itu. Pengawal yang disiapkan di dunia kegelapan juga sama... Entah apa yang ada di hati kelima iblis itu. Bagaimana bisa mereka semudah itu membunuh orang?

"Aku sudah berkeliling ke seluruh kota tapi tak menemukan Carra dan Dean. Mereka menghilang..." Caith berkata sendu. Aku yakin dia masih menyayangi Carra...

"Kelima iblis itu tak ada di tempatnya..." Kata Alden.

Semua orang diam tak tahu harus bicara apa. Bagaimana kita harus mengatasi mimpi buruk yang tiba-tiba menjadi kenyataan?

"Kiara... Menurutku,,, Kiara dalam bahaya." Kata Daniel tiba-tiba.

Semua orang mengangguk menyetujui. Aku sadar, semua penjahat itu pasti mengincarku. Apalagi jika mereka tahu aku bisa menghancurkan kelima iblis itu dengan sihir tertinggi.

"Bagaimana kalau untuk sementara Kiara tinggal di istana dunia kegelapan? Disini dilindungi dengan sihir. Jadi tak sembarang orang bisa kemari dan mencelakai Kiara.." Usul Alden.

Aku tahu maksud mereka baik, tapi aku mengkhawatirkan keluargaku...

"Aku rasa ada tempat yang lebih aman daripada istana ini." Kata Veon. Semua orang memandangnya, menunggunya melanjutkan kata-katanya. "Rumah ratu Reyna..."

Benar... Rumah ratu tiga dunia terdahulu tak bisa dimasuki oleh siapapun kecuali ratu tiga dunia. Disana memang tempat yang paling aman untuk bersembunyi.

"Kau benar Ve,.." Kata Elden. "Kiara sementara tinggal disana saja."

"Aku mau di rumah saja." Kataku. "Aku khawatir mereka akan mencelakai orang tuaku. Kalau aku di rumah, setidaknya aku bisa melindungi mereka."

"Kiara.. kami tak bisa membiarkanmu mengambil resiko. Tenanglah, kami akan menjaga orang tuamu dengan nyawa kami. Yang penting kau harus tinggal di rumah ratu Reyna ya." Bujuk Daniel.

Aku tahu tidak ada usul lain yang lebih baik dari itu. Lagipula... Aku memang ingin masuk ke rumah ratu Reyna.. Siapa tahu aku bisa menemukan sesuatu yang bisa membantuku mengatasi masalah.

"Baiklah.. Tapi bisakah kau tinggal di rumahku Al? Aku akan lebih tenang kalau kau disana bersama Daniel." Pintaku.

"Tentu." Jawab Alden dengan senyuman.

- - - - - - - - -


Daniel dan Alden mengantarku sampai di depan gerbang rumah ratu Reyna. Sekarang sudah gelap. Meskipun hutan ini tak begitu lebat, disini cukup menyeramkan bagiku.

"Masuklah Kiara, setelah ini kami akan langsung ke rumahmu." Kata Daniel.

Aku mengangguk dan memaksakan tersenyum. Well, tidak menyenangkan berada di tengah hutan sendirian.

Daniel maju dan mengecup keningku lembut. "Masuklah.."

Aku mengangguk dan melangkah memasuki pekarangan rumah ratu Reyna. Aku tak lagi terpental ketika memasuki gerbang seperti dulu. Karena sekarang aku sudah menjadi ratu sepenuhnya.

Aku melambaikan tangan pada Daniel dan Alden lalu memasuki rumah. Daniel dan Al langsung menghilang begitu aku sudah berada di dalam rumah.

Rumah ini begitu rapi dan bersih. Padahal sudah 1000 tahun tak ada yang masuk ke dalam rumah ini. Semua ini berkat sihir yang melindungi rumah ini. Bahkan rumpun pun tak ada yang tumbuh di pekarangan. Benar-benar sihir yang hebat.

Rumah yang cukup sederhana untuk ukuran seorang ratu. Ruang tamu kecil dengan perabotan seadanya namun tertata apik dan serasi. Di ruang tamu ini terpasang sebuah lukisan besar ratu Reyna. Ya, aku memang belum pernah melihatnya. Tapi aku yakin lukisan ini adalah ratu Reyna. Ada sesuatu dimatanya yang sama denganku. Caranya memandang dunia... Pandangan itu sama dengan pandanganku sekarang.

Aku melangkah ke bagian dalam rumah. Ruang makan sederhana yang menyatu dengan ruang santai. Perapian kecil itu membuat rumah ini tetap hangat. Hah...bahkan api di perapian tetap menyala selama seribu tahun. Aku tak tahu kalau sihir bisa semenakjubkan ini.

Aku masuk ke kamar tidur. Sangat nyaman dan rapi. Ada banyak buku disini. Kebanyakan tentang hukum ketiga dunia. Ratu Reyna pasti berkerja keras untuk menjadi seorang ratu yang baik. Pernak pernik cantik khas perempuan tertata rapi di atas meja.

 Di atas ranjang tergantung lukisan sepasang kekasih. Itu ratu Reyna, dengan... Kekasihnya yang meninggal itu?

Mereka tampak serasi. Tampak bahagia...

Seperti aku dan Daniel...

Aku membaringkan tubuhku di atas tempat tidur. Hari yang melelahkan membuatku cepat terlelap. Dalam sekejap aku sudah tertidur pulas.

- - - - - - - -


"Kiara..."

Seperti ada yang memanggilku.

"Kiara..."

Lagi.. Siapa sih yang memanggilku...

Aku membuka mataku perlahan...

ehhh.... Kenapa sekelilingku putih semua? Aku tidak di kamar ratu Reyna? Aku dimana?

"Kiara..."

Suara itu lagi.. Tapi di sekelilingku tak ada apa-apa..

"Siapa yang bicara?" Aku berteriak pada kehampaan disekelilingku. Benar-benar tak ada apapun. Hanya putih bersih. Akupun tak tahu apa kaki ku berpijak atau melayang?

Tiba-tiba sesosok bayangan terbentuk di depanku. Semakin lama terlihat semakin nyata. Seorang wanita cantik dengan rambut pirang terang. Sayap berwarna ungu fusia pudar bertenger cantik di punggungnya. Sayapnya... Bersinar...

Tunggu... Apa dia ratu Reyna? Karena hanya ratu tiga dunia yang mempunyai sayap bersinar.

"Aku Reyna... Ratu sebelum kamu Kiara..." Jelas wanita di depanku ini.

" Bagaimana bisa?" Bukankah ratu Reyna sudah meninggal? Bagaimana bisa dia datang menemuiku seperti ini? Apa aku juga sudah mati?

"Ini alam bawah sadar Kiara, aku bisa menemuimu di alam bawah sadar." Jawabnya.

"Kau benar-benar ratu Reyna?" Tanyaku.

Ratu Reyna hanya mengangguk ramah. "Kiara.. ada yang harus ku sampaikan padamu.."

 Ratu Reyna menggenggam kedua tanganku erat. "Kiara... Kau harus kuat. Percayalah kaulah yang terkuat di dunia ini. Karena kau harus menghadapi hal besar. Kalau kau tidak percaya pada kemampuan dirimu, maka percuma semua kemampuan yang kau miliki itu. Kuncinya adalah kepercayaan..."

Aku hanya memandang dalam kepada ratu Reyna.. Aku tak begitu mengerti apa yang di ucapkannya. Tapi kupastikan untuk mengingat semua ucapannya. Karena aku yakin setiap kata yang diucapkan ratu Reyna mengandung pesan yang berharga.

"Kiara... kita terpilih menjadi ratu karena takdir... Tapi jangan menyalahkan takdir atau apa.. Yang harus kau lakukan adalah menjalankan takdirmu sebaik mungkin. Semua pasti ada alasannya Kiara... Pasti..."

"Aku tahu ratu Reyna,, tapi ini terasa begitu berat untukku. Aku yang mulanya hanya gadis biasa, tiba-tiba di hadapkan pada kenyataan bahwa aku adalah seorang ratu tiga dunia. Dan lagi, sekarang ada iblis jahat yang berkeliaran. Dan hanya aku yang bisa mengalahkan mereka... Ini terlalu berat ratu..." Ungkapku.

"Aku tahu Kiara, aku juga dulu merasakan hal yang sama... Takdir berat yang harus kita emban di pundak kita.. Tapi... kita terpilih pasti dengan suatu alasan Kiara.. entah apapun itu."

"Ratu..."

"Kiara... ingatlah ini baik-baik... Hidup kita, sudah bukan menjadi milik kita sendiri.. Hidup kita adalah milik seluruh rakyat dunia. Apapun yang kita lakukan, keputusan apapun yang kita ambil,,, haruslah dengan mempertimbangkan nasib seluruh penduduk tiga dunia."

 Hening sejenak, aku berusaha meresapi kata-kata ratu Reyna.

"Bahkan perasaan kita pun... harus di nomor duakan. Kepentingan dunialah yang utama..."

Aku mengerti itu... Sangat mengerti...


- - - - - - - - -


Daniel POV


Malam ini aku menginap di rumah Kiara bersama Alden. Aku sudah membujuk ayah dan ibuku untuk ikut menginap disini, tapi mereka tidak mau. Padahal aku juga sangat mengkhawatirkan keselamatan mereka. Bukan tidak mungkin kalau mereka juga mengincar keluarga pemegang kunci kan?

" Kau gelisah sekali Daniel... Kenapa?" Tanya Al perhatian.

Mama dan papa Kiara sudah terlelap. Ya, sekarang memang sudah hampir pagi. Aku dan Alden memilih untuk tetap terjaga. Lagipula, aku sedikitpun tidak mengantuk. Kecemasan lebih menguasai diriku.

"Keluargaku.. aku juga mencemaskan mereka."

"Tidak hanya keluarga kita Daniel... Bahkan semua orang yang hidup di dunia ini juga dalam bahaya.. Di saat seperti ini kita tak boleh egois. Aku juga khawatir pada keluargaku. Tapi kita punya tanggung jawab pada dunia. Kita ini pemegang kunci.. Pendamping ratu.."

Alden selalu seperti itu.. BIjaksana dan tenang dalam semua situasi. Bahkan disaat paling mencekam sekalipun.

"Kau benar Al.. Lalu, apa yang sebaiknya kita lakukan?"

Alden terlihat berpikir keras. Aku sendiri tidak tahu apa yang harus kami lakukan. situasinya terlalu rumit dan terlalu mendadak. Dua hari yang lalu keadaan masih begitu damai, lalu tiba-tiba sekarang kekacauan menggelayuti kehidupan kami.

"Entahlah Daniel, aku juga tidak tahu. Mereka adalah Iblis, mereka bisa ada dimana saja. Meskipun mereka tidak bisa melewati gerbang antar dunia, sayangnya kita tak tahu sekarang mereka ada di dunia mana? Kita tak mungkin mengobrak-abrik ketiga dunia untuk menemukan mereka kan?"

"Lebih baik sekarang kita istirahat sebentar, sudah hampir pagi. Kita juga butuh tenaga." Aku mendahului Alden berbaring di sofa. Meski mataku tak mau terpejam, setidaknya berbaring cukup membuat ototku beristirahat.

Alden juga mencoba tidur meski aku tahu dia juga tidak mengantuk. Pikiran kami terlalu penuh untuk bisa dibawa tidur.

- - - - - - - - - -


Author POV


" Lamia... jadi apa yang kau inginkan sampai kau rela menjadi pengikut kami.." Kata salah satu iblis dari kelima iblis terkutuk yang berhasil kabur dari penjara itu.

" Aku.. ingin tahta kerajaan dunia peri. Dan yang paling utama... Aku ingin Kayla mati!!" Jawab Lamia dengan wajah penuh kekejaman.

"Hanya itu?" Tanya sang iblis. "Itu sangat mudah Lamia, tentu akan ku kabulkan secepatnya."

"Terima kasih."

- - - - - - - - - - -


Kiara terbangun saat matahari baru saja muncul. Dia bergegas membersihkan diri dan langsung kembali ke dunia manusia. Karena sekarang dia sudah menjadi ratu sepenuhnya, Kiara bisa berpindah dunia tanpa menggunakan liontin.

" Daniel..." panggilnya begitu dia berada di ruang tamu rumahnya. Daniel dan Alden masih tertidur.

"Kiara? bagaimana kau bisa ada disini?" Tanya Daniel sambil menegakkan duduknya. Alden juga mendekat ke arah mereka.

"Aku sudah menjadi ratu, jadi tak memerlukan liontin lagi kan.."

"Kau terlihat segar, tidurmu nyenyak?" Tanya Daniel perhatian. Di ciumnya kening kekasihnya itu lembut.

"Ehm.." Jawab Kiara. "Semalam aku bertemu ratu Reyna." Lalu Kiara menceritakan pertemuannya dengan ratu Reyna pada mereka berdua.

"Aku baru dengar ada hal seperti itu." Kata Alden begitu Kiara selesai bercerita.

"Entahlah Al, tapi setidaknya aku merasa terbantu. Perasaanku sedikit lebih baik sekarang. Tak sekalut semalam." Kiara memandang Alden lama.. Entah apa yang sedang dipikirkannya.

"Kiara kau disini?" Mama dan papa Kiara yang baru terbangun langsung menghampiri mereka. Mamanya memeluk putrinya erat.

"Kau baik-baik saja nak?" Tanya papa Kiara.

"Iya pah." Kiara memeluk kedua orang tuanya dengan dengan perasaan campur aduk. sedih, khawatir,.. "Kalian harus lebih berhati-hati sekarang, ma, pa. Aku harus melindungi dunia, jadi tak setiap saat aku ada disisi kalian. Kiara nggak akan bisa memaafkan diri sendiri kalau sampai terjadi hal buruk pada kalian..."

Dan ruangan itupun diselimuti tangisan pilu. Kecemasan begitu menggerogoti hati semua orang.

" Daniel, Alden, tolong kumpulkan semua orang. Aku harus mengumumkan sesuatu." Pinta Kiara.

"Semua orang?" Tanya Daniel tak paham.

"Iya, Seluruh keluarga pemegang kunci, termasuk orang tua kalian." Kata Kiara.

"Baik." Jawab Alden dan Daniel patuh.

"Al, ada yang harus ku sampaikan padamu. Daniel, kau pergilah dulu, Kau ke tempat Caith juga ya.." Pinta Kiara.

"Baiklah, aku pergi dulu." Pamit Daniel dan langsung bergegas pergi.

"Ada apa Kiara?" Tanya Alden.

"Al, sebelumnya maafkan aku... Kau ingat tentang perkataan Elden bahwa aku harus menikah?"

Alden mengangguk.

"Kau juga sudah dengar perkataan ratu Reyna tentang kepentinganku adalah nomor dua, yang pertama adalah kepentingan penduduk dunia..."

"Iya Kiara, lalu kenapa?" Tanya Alden tak sabar.

" Aku akan mengesampingkan perasaanku, begitu juga ku minta pada dirimu Al..."

Alden memandang Kiara tak paham.

" Menikahlah denganku... Jadilah rajaku... Pendampingku..."


* * * * * * * * * * * *

to be continue...



Sabtu, 03 Agustus 2013

Fairy Tale Chapter 25 Coronation Day









Kiara POV


"Daniel..."

" Hemm..." Dia hanya menyahut panggilanku dengan gumaman. Kami sedang berjalan menuju rumahku. Daniel sengaja tidak langsung berpindah ke rumah saat kami dari dunia peri tadi. Kami memang butuh jalan-jalan sebentar. Sekedar saling bicara...

" Aku takut.."

Daniel menghentikan langkahnya dan menghadap ke arahku. Memandangku dalam... "Aku tak akan membiarkan hal buruk terjadi padamu Kiara... Aku akan selalu melindungimu... Sekalipun itu harus mengorbankan hidupku.."

Daniel menyentuh leherku yang terluka karena ulah Dean. Lukanya memang sudah mengering. Tapi masih menyisakan rasa perih yang menyiksa...

"Maafkan aku sayang,, aku tak mampu melakukan apapun tadi. Harusnya akulah yang melakukan apa yang di lakukan Veon. Tapi aku tak berdaya..."

Aku mengeratkan genggaman tanganku pada Daniel. "Aku tidak apa-apa. Sungguh." Aku tersenyum menenangkannya.

Daniel hanya tersenyum tipis. Lalu kami kembali berjalan pulang. Sangat pelan... Sangat hening...

" Aku langsung pulang ya." Kata Daniel begitu kami tiba di sepan pintu rumahku. "Aku harus menjelaskan kejadian tadi pada ayah dan memintanya membuat penjagaan di gerbang antar dunia."

Aku mengangguk mengerti.

Daniel langsung beranjak pergi begitu mendapat persetujuanku.

" Daniel..." Panggilku ketika dia sudah beberapa meter di depanku.

Daniel hanya membalikkan badan tanpa kembali mendekat.

" Tentang pernikahan... Apa yang harus ku lakukan?"

" Pirkinkanlah dengan baik Kiara... Aku akan selalu mendukung apapun keputusanmu.." Daniel tersenyum menenangkan. "Sudah ya.."

Aku mengangguk dan melambaikan tanganku. Daniel kembali berjalan pulang ke rumahnya.

------------


Aku terbangun saat hari menjelang pagi. Kami memang sengaja mengganti acara peresmianku pada pagi hari untuk berjaga-jaga. Karena gerbang antar dunia sudah terbuka lebar begitu matahari terbit. Aku benar-benar cemas. Aku yakin Dean dan Carra tidak sendirian. Apa sebenarnya motif mereka?

Aku langsung menelepon Daniel untuk membangunkannya. Dia bilang kalau di rumahnya sudah ramai anak-anak beladiri asuhan ayahnya. Kalau nanti benar-benar ada serangan.... Aku pesimis kalau teman-teman Daniel itu bisa menghadapinya. Kalau peri yang menyerbu, mungkin masih imbang karena mereka bisa di lukai dengan benda tajam seperti halnya manusia. Kelebihan mereka hanyalah bisa terbang. Tapi kalau iblis yang menyerang? Bahkan pisaupun tak mampu melukai mereka. Dengan mudah mereka bisa memantrai manusia sampai kami tak berkutik.

Aku bergegas mandi dan berganti pakaian. Saat aku turun ke bawah, papa dan mamaku sudah siap dengan pakaian resmi mereka. Wajah mereka terlihat sama cemasnya denganku. Aku memang selalu menceritakan apapun yang terjadi pada kedua orang tuaku.

Kami langsung bergegas menuju rumah Daniel. Kali ini kami akan berpindah dunia menggunakan gerbang, tidak memakai liontin. Sarah, Vina dan Vani sudah ku minta untuk berkumpul disana. Aku ingin orang-orang terdekatku ada di upacara peresmian. Selain aku memang menginginkan mereka di hari pentingku. Aku juga ingin memastikan keselamatan mereka. Setidaknya jika mereka berada di dekatku. Aku bisa melindungi mereka semampuku.

Begitu kami tiba di rumah Daniel. Keadaannya benar-benar ramai. Mungkin ada sekitar 10 anak seusiaku dan beberapa yang lebih tua. Mereka pasti murid beladiri ayah Daniel.

Daniel langsung menyambutku dan membimbing kami menuju gerbang di belakang rumahnya. "Alden sudah datang." Bisiknya. Ah benar. Alden membawa beberapa pengawalnya untuk membantu pertahanan di gerbang manusia. Ada enam orang yang datang bersama Alden.

" Tidurmu nyenyak Kiara?" Sapa Al begitu kami sudah berada di depannya.

Aku hanya mengangguk singkat. Aku bahkan tidak yakin semalam aku tidur atau tidak. Pikiranku terlalu kacau. Bahkan sekalipun tidur, yang kudapat hanyalah mimpi buruk.

Sarah Vina dan Vani datang bersamaan. Mereka langsung memperhatikan leherku dengan prihatin. Ya, aku sudah menceritakan kejadian kemarin pada mereka.

Matahari sudah terbit. Semua sudah lengkap. Kami bergegas menuju dunia peri. Ayah Daniel memberi instruksi kepada anak didiknya. Alden juga memberi perintah pada pengawalnya. Kami semua begitu tegang. Entah apa yang sedang mengancam kami.

Daniel meremas tanganku lembut. "Jangan tegang sayang. Akan kupastikan semua berjalan lancar." Dia tersenyum menenangkanku meski aku tahu dia sendiri juga tegang.

Kami semua melewati gerbang antar dunia dan kami tiba di aula besar dunia peri. Tempat gerbang di dunia peri berada.

Saat kami sampai, semua orang sudah berkumpul disana. Raja dan ratu dunia peri beserta Caith dan Veon. Veon terlihat sangat lemah. Aku yakin dia pasti merengek pada kakaknya agar di perbolehkan ikut upacara ini.

Raja dan ratu dunia kegelapan juga sudah datang bersama Elden dan Filia. Ayah dan ibu Daniel langsung membaur bersama mereka. Mama dan papaku masih terlihat canggung dan takjub. Tapi... kami semua sadar,... tak ada waktu untuk sekedar berbasa basi.

Rombongan kami langsung berteleport ke taman bunga tempat upacara akan di adakan. Tentu saja dengan sihir para iblis.

Kami tidak jadi mengadakan pesta besar. Terlalu beresiko. Kami hanya akan melakukan upacara penobatan saja. Dan yang menghadiri hanya orang-orang terdekat kami.

Alden yang akan memimpin upacara. Dia yang tertua di antara pemegang kunci yang lain, jadi ini menjadi tugasnya.

" Kiara.. Ikuti kata-kataku..." Aku mengangguk mantap mendengar perkataan Alden. Ketegangan segera merasuk ke dalam diriku.

" Aku berjanji, akan mengabdikan seluruh hidupku. Untuk menjaga dan melindungi ketiga dunia yang hidup berdampingan. Tanpa perasaan lebih condong kepada salah satu dunia. Menyeimbangkan hukum antar dunia. dan menegakkan kebenaran di dunia."

Aku langsung mengikuti kata-kata Alden dengan sejelas-jelasnya. Tanpa keraguan sedikitpun.

" Kebaikan akan selalu menang." Lanjut Alden.

" Kebaikan akan selalu menang." Aku mengikuti kata-kata Alden dengan takzim.

Aku merasakannya. Sesuatu seperti merasuk ke dalam diriku. Sayapku terkembang dengan sendirinya. Memancarkan cahaya putih yang menyilaukan. Tubuhku terasa lebih berenergi.

Alden maju ke arahku, di tangannya membawa sebuah mahkota cantik berwarna perak yang berkilau indah.

"Ini mahkota milik ratu tiga dunia, yang di wariskan turun-temurun setiap 1000 tahun. Selama ini di simpan di dunia kegelapan dengan sihir tertinggi." Alden memandangku dalam.

"Saat aku memakaikan mahkota ini, gumamkan kalimat ini Kiara 'akulah sang ratu tiga dunia... aku adalah milik dunia. dan dunia tunduk kepadaku..."

Alden memakaikan mahkota itu dengan sangat hati-hati. "Akulah sang ratu tiga dunia... Aku adalah milik dunia... dan dunia tunduk padaku..."

Cahaya putih langsung berpendar cantik begitu mahkota itu bertenger di kepalaku. Ada gejolak aneh di dalam tubuhku. Seperti ada kekuatan besar yang sedang meronta untuk di lepaskan...

Aku memandang Alden. Oh... Dia sedang menunduk dalam kepadaku. saat aku mengedarkan pandanganku, sungguh... Ini pemandangan paling menakjubkan yang pernah kusaksikan....

Seluruh alam sedang menunduk hormat kepadaku. Bahkan semua pohon dan rumput pun menunduk menghormatiku...

Selama sepuluh menit, tak ada yang bergerak... mungkin bahkan mereka tidak menarik nafas... Aku semakin menyadari siapa aku... Kekuatan apa yang tersimpan di dalam diriku...

Ya... Akulah sang ratu....

---------


Kami langsung kembali ke istana dunia peri begitu upacara selesai dilaksanakan. Sarah. Vina dan Vani tak henti-hentinya mengagumi keindahan istana ini. Aku senang akhirnya bisa mengajak mereka kemari.

Kami menuju aula besar. Jamuan makan sudah di siapkan disana.

Namun...

Langkah kami terhenti...

Para pengawal yang berjaga di gerbang dunia peri, semua tergeletak tak bernyawa.

Ratu kayla maju perlahan dengan langkah gontai, memeriksa satu per satu pengawal istananya. Elden juga melakukan hal yang sama pada pengawal dunia kegelapan yang memang disiapkan untuk membantu pertahanan di dunia peri.

Semua sama. Sudah meninggal...

Ketakutan langsung menjalar di dalam diri semua orang.

Sebenarnya apa yang sedang kami hadapi....?

" Kita harus bergerak cepat." Aku salut dengan ketenangan Alden. Bahkan dalam keadaan seperti ini pun, dia masih bisa sangat bijaksana.

" Aku akan mencari Carra, dia pasti ikut bertanggung jawab untuk semua ini." Kata Caith penuh amarah.

" Aku ikut kak, aku juga akan mencari Dean." Veon tak mau tinggal diam meski badannya masih sangat lemah.

" Jangan Ve, sebaiknya kau tinggal saja di istana. Kau masih terlalu lemah." Ratu Kayla melarang putranya.

Veon hanya mengangguk lesu. Dia memang masih sangat lemah akibat lukanya kemarin.

" Ayo Kiara, kita juga harus memeriksa keadaan dunia manusia." Ajak Daniel.

Aku tak langsung menjawab ajakannya...

" Daniel... Tolong bawa keluarga dan teman-temanku pulang. Aku harus ke dunia kegelapan." Kataku mantab.

" Dunia kegelapan?" Tanya Daniel.

" Lima Iblis terkutuk... Aku harus memeriksa penjara mereka... Aku takut... Siapapun yang ada di balik semua kekacauan ini... Dia pasti sedang berusaha membebaskan kelima iblis itu..."

Aku tahu... Semua orang langsung membeku mendengar kata-kataku. Hal ini seperti mimpi buruk yang menjadi kenyataan...

- - - - - - - - - - -


Daniel POV


Mataku terbelalak kaget saat kami semua sampai di belakang rumahku.

Keadaannya tak jauh berbeda dengan di dunia peri. Sebenarnya apa yang di incar oleh penjahat-penjahat itu? Kenapa mereka bisa semudah itu membunuh orang yang tak bersalah.

Ayahku terduduk di tanah memandangi anak didiknya yang tergeletak tak bernyawa. Sepuluh murid yang sudah di anggapnya seperti anaknya sendiri... Bagaimana kami akan menjelaskan semua ini kepada orang tua mereka...

Pengawal yang di bawa Alden juga bernasib sama. Padahal mereka bisa sihir... Pastilah yang menyerang mereka sangat kuat.

Ibuku menangis tersedu-sedu. Mama Kiara mencoba menenangkan ibu meski dirinya sendiri juga mennagis.

Hatiku diliputi kecemasan...

Kiara benar-benar dalam bahaya... Mereka pasti akan mengincar sang ratu...

- - - - - - - - - - -


 Kiara POV


Aku di temani si kembar Alden dan Elden menuju ke tempat tersegelnya kelima iblis itu. Teleport hanya bisa mencapai gerbang pulau terpencil itu. Selanjutnya kami harus berjalan kami menuju lembah dimana kelima iblis itu di penjarakan dengan mantra sihir yang sangat kuat.

Iblis itu di penjarakan di tempat terpencil dan dengan sihir terkuat. Tapi... Mereka masih tetap bisa berbuat jahat. Dengan memanfaatkan kelemahan hati manusia. Membisikan hal-hal yang tak seharusnya mereka lakukan. Sampai akhirnya rela menggadaikan jiwanya demi mendapatkan kekuatan besar untuk mewujudkan apa yang di inginkannya. Tapi sebagai gantinya, mereka harus berusaha membebaskan kelima iblis itu.

Aku yakin selama ini sudah banyak orang yang menjadi korban godaan iblis laknat ini. Termasuk kekasih Alden. Tapi... Entah siapapun yang sekarang sedang mengacau. Kurasa dia sangat kuat sampai bisa membuat kekacauan sebesar ini...

Kami sampai di depan gerbang penjara. Alden membukanya perlahan. Aku yakin dia sengaja mengulur waktu untuk menyiapkan hatinya.

Gerbang terbuka lebar....

Ketakutan kami menjadi kenyataan....

Kelima iblis itu tak ada disana....

Mereka telah terbebas....


* * * * * * * * * * * *


to be continue....







Fairy Tale Chapter 24 Should i marry?



Kiara POV


Hari berlalu dengan begitu cepat. Benar kata orang, waktu itu relatif. Saat kita bahagia, waktu seakan berjalan sangat cepat. Dan saat kita bersedih, waktu serasa berhenti di tempat.

Ya, aku begitu bahagia akhirnya bisa bersama dengan Daniel. Tenggat waktu sebulan sebelum pengangkatan menjadi Ratu jadi berlalu tanpa terasa. Tinggal Besok. Besok hari ulang tahunku sekaligus hari peresmianku sebagai ratu tiga dunia.

" Sudah siap sayang?" Daniel membuyarkan lamunanku. Kami sudah janjian untu pergi ke dunia peri pagi ini. Alden juga akan datang. Untuk menyelesaikan semua persiapan untuk acara besok.

" Sudah." Jawabku lembut. Daniel terlihat sangat tampan dengan celana jeans abu-abu pucat dan t-shirt  Vneck berwarna biru tua. Ahhh, sepertinya apapun yang di pakainya dia selalu tampan bagiku.

Daniel menggenggam tanganku dan menggumamkan nama Caith pelan. sekarang kami sudah berada di tengah-tengah taman bunga dunia peri.

" Kalian sudah datang." Sapa Caith begitu kami berada di hadapannya. Seperti biasa, dia selalu bersama dengan Carra, gadisnya. Caith selalu terlihat berseri-seri semenjak bersama dengan Carra. Itulah kekuatan cinta. Seperti yang aku dan Daniel rasakan sekarang.

Veon melambaikan tanganya dari tempatnya berdiri. Tak jauh dari kami. Dia bersama dengan Dean, pelayan pribadinya dan beberapa pelayan lain yang tak ku kenali. Mereka terlihat sibuk menata meja untuk jamuan makan besok.

" Alden belum datang?" Daniel bertanya pada Caith sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Mengamati taman ini dengan seksama.

" Kenapa? Kau merindukanku?" Itu suara Alden. Dia selalu datang mengejutkan dan mengoda Daniel habis-habisan. Menyenangkan sekali melihat tingkah mereka.

" Lupakan." Jawab Daniel melengos. Daniel berjalan menghampiri Veon dan membantunya mengangkat meja untuk perjamuan.

" Al, tugasmu menata panggung bersama Kiara." Caith memberi perintah. Dia sendiri menata dekorasi di sepanjang taman.

" Jadi, panggung seperti apa yang kau inginkan Kiara? Megah? Sederhana? Elegan?" Al bertanya tanpa memandangku. Dia sibuk mengira-ngira desain seperti apa yang cocok digunakan.

" Ehmm... aku ingin yang serba putih. apa kau bisa membuatnya seolah olah kita sedang berada di atas awan Al?" Tanyaku antusias.

" Bisa, tapi aku tak bisa sendirian. Terlalu melelahkan kalau sendiri. Lagipula, mungkin butuh dua hari kalau di kerjakan sendiri." Jawab Alden.

" Kan ada aku." kataku ngeyel. Apa dia lupa kalau aku sudah bisa sihir?

" Perlu sihir kelas menengah untuk membuat awannya bergerak Kiara, dan aku yakin kamu belum bisa." Jawab Al bijak.

" Jadi bagaimana? Apa perlu mengajak Elden dan Filia kemari?" Tanyaku.

" Hei, itu melanggar peraturan." Caith berteriak dari tempatnya berdiri.

" Benar Kiara, ganti tema saja, yang lebih mudah ya." Bujuk Alden.

" Tidak mau." Entah kenapa hari ini aku sedikit keras kepala. " Aku ratunya, aku mengijinkanmu mengajak orang lain untuk melewati gerbang antar dunia." Kataku otoriter.

" Kiara, tapi peraturan ini sudah ada sejak ribuan tahun lalu."  Kata Alden.

" Sudahlah Al, sekali ini saja. Lagipula Kiara yang minta, tugas kita adalah melayaninya kan?" Daniel mencoba membujuk Alden. Aku tersenyum penuh arti pada kekasihku. Senang rasanya saat dia selalu berada di pihakku.

" Baiklah-baiklah. Aku akan menjemput Elden dan Filia." Alden segera menghilang kembali ke dunia kegelapan.

Tak berapa lama Alden sudah kembali bersama dua adiknya. Veon langsung antusias menyambut Elden.

" Wah... kau benar-benar sama dengan kak Alden. Selama ini aku selalu membayangkan bisa melihat kalian berdua berjajar seperti ini." Kata Veon sambil menjabat tangan Elden.

" Kiara..." Filia langsung memelukku rindu. " Ah.. kenapa kau tidak main ke duniaku sih??? Aku kesepian." Filia merajuk dengan manja.

" Hei.. Kita disini untuk mendekorasi taman, bukan kangen-kangenan seperti ini." Caith yang paling disiplin terlihat gusar melihat semua orang berhenti bekerja.

Semua langsung terdiam dan membubarkan diri begitu mendengar nada sinis Caith.

Aku membantu Al, El dan Filia mendekorasi panggung sesuai keinginanku. Sesekali aku mencuri pandang ke arah Daniel yang sedang menata meja kursi untuk jamuan. Jika mata kami tak sengaja bertemu, rasanya malu tapi menyenangkan. Bahagia. Itu yang ku rasakan.

" Kiara... Siapa gadis itu?" Tanya Filia sambil menunjuk pada Carra.

" Itu Carra, kekasih Caith. Cantik ya."

" Entahlah, aku merasa ada sesuatu padanya. Aku tidak suka dia." Filia mengendikkan bahu tak acuh.

Alden dan Elden ikut memandangi Carra dengan teliti.

" Sejak pertama aku melihatnya aku juga merasakan ada yang salah. Tapi aku tak tahu pasti. Aku memilih diam karena tak ingin merusak kebahagiaan Caith." Kata Alden.

Aku tidak merasakan hal aneh. Mungkin itu insting mereka sebagai seorang iblis. Sejauh ini Carra baik dan ramah padaku. Dia gadis yang manis.

Tiba-tiba saja Elden berhenti mendekorasi panggung dan berjalan cepat menuju Caith dan Carra. Aku, Filia dan Alden yang kebingungan hanya mengikutinya dari belakang. Ada yang akan terjadi. Itu yang kurasakan.

" Ligaverunt." Elden meneriakan mantra sihir dan seketika tubuh Carra terikat tali di sekujur tubuhnya.

" Apa yang kau lakukan Elden!!" Caith berteriak marah sayapnya tiba-tiba terkembang sempurna.

Daniel, Veon dan beberapa pelayan langsung mendekat melihat keributan disini.

Carra merintih kesakitan didalam lilitan tali besar itu.

" Cepat lepaskan ikatannya El!!" Terika Caith sambil mecoba melepaskan ikatan Carra dengan kedua tangannya.

Alden sudah mengangkat tangan hendak melepaskan mantra Adiknya. Tapi buru-buru Elden menghentikanya.

" Dia dimantrai." Kata Elden lantang.

Seketika hening menyelimuti kami. Seakan mencerna kata-kata Elden.

Seluruh mata tertuju pada Elden. Menunggunya menjelaskan kata-katanya.

" Sayapnya di matrai. Warna sebernarnya bukan emas. Magia est amitti." Elden memantrai Carra lagi. Ikatannya terlepas. Caith langsung memegang tangan Carra erat" Suruh dia mengembangkan sayapnya. Aku sudah menghilangkan sihir yang memantrai sayapnya."

" Bentangkan sayapmu Carra." Pinta Caith. Matanya berair.

" Caith, apa kau tidak percaya padaku? Aku jodohmu. Kenapa kau mendengarkan perkataan orang lain?" Carra mulai menangis.

" Cepat bentangkan sayapmu!!" Caith berteriak marah.

Carra terlihat ragu, tapi akhirnya dia menurut pada Caith dan membentangkan sayapnya.

Dan... Disana.. Tak lagi berwarna emas... Melainkan kuning redup. Sayapnya berbeda dengan Caith.
Caith mencengkeram tangan Carra semakin erat. Matanya menyala penuh arah. "Kenapa kau membohongiku.

" Caith sakit." Carra meringis kesakitan karena cengkeraman Caith. Tapi Caith sedikitpun tak peduli. Di dalam hatinya. Dia merasakan sakit yang lebih dalam.

" Lepaskan dia." Terdengar suara tepat di telingaku. Dan dalam hitungan detik sebilah pisau mengancam di depan leherku. Kedua tanganku di piting di belakang punggungku. Aku kenal suara ini... Dean... pelayan pribadi Veon...

Semua orang terperangah melihat apa yang di lakukan Dean padaku. Caith lengah dan Carra dapat melepaskan diri darinya. Gadis itu terbang rendah menuju sebelah Dean.

" Dean apa yang kau lakukan." Veon berteriak frustasi.

" yang kulakukan?" Dean memandang dingin pada Veon. " Menyelamatkan kekasihku." Caith terlihat shok mendengar penuturan Dean... jadi Carra kekasihnya?

Daniel hendak maju mencoba menyelamatkanku tapi di hentikan oleh Alden. Aku tahu, mendekat hanya akan membuat penjahat ini semakin brutal.

" Jangan coba-coba menggunakan sihirmu iblis. Aku bisa melihat gerakan tanganmu. Kalau kalian macam-macam. Aku akan membunuh Ratu kalian ini." Dean menempelkan pisaunya pada kulit leherku, setes darah mengalir perlahan. meninggalkan perih di kulitku.

Alden dan Elden kembali menurunkan tangan mereka dengan lemah. Kurasa Dean bukan peri sembarangan, dia tahu tentang sihir dan terlihat pintar.

" Carra cepat pergi dari sini." Pinta Dean pada kekasihnya.

" Tidak sayang, aku tidak akan meninggalkanmu sendiri." Meskipun aku tak bisa melihat wajah Dean, aku bisa tahu dengan jelas kalau sekarang dia benar-benar kebingungan. Tak tahu harus berbuat apa.

Ku rasakan tubuhku mulai melayang. Dean terbang. Dan dia membawaku serta. Apa dia bermaksud untuk menculikku?

Ya, aku mulai panik sekarang. Begitu juga Daniel dan yang lain.

Veon terbang menyusulku. Mencoba menjajari Dean.

" Lepaskan dia Dean." Kata Veon dingin. Aku belum pernah mendengar nada bicaranya sedingin itu.

" Cepat turun atau kulukai ratumu." Dean menekankan pisaunya semakin erat. Kulitku tersayat lebih dalam. Perih...

Veon bergeming di tempatnya. Hanya memandang tajam Dean. Seolah mencoba mengunci gerakannya.

" Aku bilang turun Veon." Geram Dean.

" absentis cultellus." Aku mendengar Alden mengucapkan mantra. Dean tak menyadarinya karena perhatiannya teralih pada Veon. Seketika pisau menghilang dari genggaman tangannya.

Veon memanfaatkan itu untuk menarikku menjauh dari Dean. Aku langsung terjatuh ke bawah tanpa sempat mengembangkan sayapku. Untung saja Daniel dengan sigap menangkap tubuhku yang terjatuh.

" Aaaahhhhhh...." Veon menjerit kesakitan.

Dan.... ku lihat Carra memegang pisau yang berlumuran darah. Darah Veon....

secepat kilat Dean dan Carra terbang menjauh. Kami terlalu kalut melihat Veon yang bersimbah darah dan tak menghiraukan kepergian sepasang kekasih itu.

Caith memangku Veon yang terkuali lemah. Darah terus mengucur dari luka tusuk di perutnya. Lukanya sangat dalam, pisau yang di pegang Carra lebih besar dari yang di gunakan Dean untuk mengancamku.

" Veon bertahanlah...." Rintih Caith pilu.

" Kiara... kau baik-baik saja?" Veon bertanya dengan nafas yang tersengal.

" Berhenti bicara Ve, cepat kita ke istana." Pintaku.

" Pakai teleport saja." Alden memberi solusi yang langsung di setujui semua orang.

" Aku akan ke hutan mencari Alix, kalian ke istana dulu." Kata Caith cepat.

" Aku ikut, aku bisa teleport, biar lebih cepat." Filia menawarkan diri.

" Ayo cepat."

*******


 " Bagaimana keadaannya Alix?" Tanya Caith begitu peri hutan kecil itu selesai mengobati Veon.

Alix berbicara dengan bahasa yang tak ku mengerti. Bahasa khusus peri hutan yang hanya di pahami oleh kaum peri.

" Bagaimana?" Tanyaku.

" Veon baik-baik saja, hanya tubuhnya sekarang sangat lemah karena kehilangan banyak darah."

Ada kelegaan yang menyusup ke dalam hati kami semua. meski begitu, ketegangan belum juga menghilang dari kami.

Semua orang sadar. Ada hal besar yang sedang mengintai... Siap menerkam kala kami lemah.

" Jadi... Bagaimana bisa seorang peri menguasai sihir?" Daniel memecah keheningan di antara kami. Lama tak ada yang menjawab.

" Hanya ada satu kemungkinan." Jawab Alden. " Ada seorang peri yang entah bagaimana caranya telah menyerahkan jiwanya pada lima iblis terkutuk."

" Maksudmu, iblis yang lolos dari kutukan kematian itu?" Tanyaku memastikan. Tubuhku gemetar sekarang. Daniel menggenggam tanganku. mencoba menenangkanku.

" Benar Kiara." Jeda sejenak. Alden menunduk. Dia terlihat kalut. " Siapapun yang bersekutu dengan mereka, akan memiliki sihir yang sangat kuat. Kau lihat tadi. Menyihir anggota badan tidaklah semudah menyihir pakaian. Dia harus kuat dan berpengalaman agar tidak merusak tubuhnya sendiri. Itu sihir tingkat tinggi."

" Tapi bagaimana bisa? Peri dan Iblis berada di dua dunia yang berbeda, bagaimana mereka bisa berhubungan?" Daniel terlihat bingung. Dia memandang nanar pada Alden.

" Mereka iblis yang sangat kuat Daniel. Dulu bahkan mereka bisa membuat gerbang antar dunia yang baru, mereka tak terkalahkan." Alden semakin tertunduk lesu.

" Tak terkalahkan?" Kali ini Caith yang bersuara. " Sekarang mereka mencoba bangkit dan aku yakin ada yang mereka incar. Jika mereka tak terkalahkan lalu kita harus bagaimana?"

" Besok hari penting." Potong Alden. " Kita harus mengamankan upacara penobatan ratu."

" kau benar Al, apa yang harus kita lakukan besok?" Tanya Daniel.

" Besok, bukankah besok gerbang antar dunia terbuka lebar? Untuk semua orang? Bagaimana kalau ada yang menyelinap dan menyalah gunakan gerbang antar dunia?" Tanyaku yang semakin di kuasai kekalutan. Siapapun orang di balik semua kekacauan ini. Aku yakin dia memang menunggu hari pengangkatanku. Hari dimana gerbang antar dunia terbuka lebar.

Semua terdiam. Mereka juga khawatir. Kegelisahan sangat terasa menyelimuti kami.

" Bagaimana kalau kita beri penjaga di setiap gerbang?" Filia mencoba memberi ide.

" Boleh juga, tapi kalau yang menerobos orang dengan kemampuan sihir tinggi, peri dan manusia tak akan ada artinya. Kita harus minta bantuan pada ayah." Kata Elden.

" Bagaimana Kiara?" Tanya Alden.

" Baiklah, aku akan menemui raja dunia kegelapan, meminta beberapa penjaganya untuk menjaga di tiga gerbang antar dunia." Kataku lantang.

" Aku juga akan mengerahkan prajuritku di gerbang dunia peri."

" Dan aku akan minta ayah menyiapkan murid di perguruan kami untuk berjaga di gerbang dunia manusia." Kata Daniel. Ya, setahuku ayahnya punya perguruan Karate yang punya murid cukup banyak.

Hening kembali menyelimuti kami. Meski sudah ada solusi, ini hanya untuk sementara. Hanya solusi satu hari. Entah apa yang akan terjadi besok.... Aku benar-benar ketakukan.

" Aku pernah baca salah satu buku. Ada sihir yang sangat kuat yang bahkan bisa menghancurkan seluruh dunia." Kata Elden memecah sunyi.

" Benarkah? Berarti kau bisa mempelajarinya untuk melawan iblis terkutuk itu El, kau kan jenius." Kataku.

" Sihir itu sihir khusus. Tak sembarang orang bisa melakukannya." Lanjut El.

" Jadi siapa yang bisa menggunakan sihir itu El?" Tanya Daniel tak sabar.

" Hanya ratu sejati yang bisa menguasai sihir itu." Kata Elden yang berhasil membungkam mulut semua orang. Tenggorokanku seketika mengering. Ketakutan menjalar di sekujur tubuhku. Tapi juga harapan.

" Jadi, Kiara bisa menguasainya?" Tanya Daniel.

" Ya, tapi ada syaratnya."

" Apa?" Tanyaku gugup.

" Di buku itu di sebut ratu sejati. Kau tahu Kiara, seorang ratu bisa di sebut sejati jika dia....

mempunyai seorang raja. Artinya... Kau harus menikah Kiara..."


Rasanya kehidupan tak henti-hentinya mempermainkan hatiku.....



*******




to be continue...