Jumat, 04 Oktober 2013

Fairy Tale Chapter 27 Determination





Kiara POV


"Menikahlah denganku Al..."

Alden terdiam mendengar ucapanku. Aku tahu dia pasti sangat terkejut dengan hal ini.

"Kiara... " Alden tak melanjutkan kata-katanya, aku tahu situasi seperti ini membuat orang sulit mengungkapkan apa yang ada di pikirannya.

 "Ini bukan perintah Al, ini permintaan. Anggap saja aku sedang melamarmu.."

"Kenapa aku? Bagaimana dengan Daniel?"

"Alden... Ratu Reyna menemuiku bukan tanpa alasan. Dia ingin menolongku. Menolong dunia ini. Siapapun yang akan ku nikahi nanti, dia tidak hanya menikahiku, tapi juga menikahi keberadaanku sebagai seorang ratu. Dia akan menjadi raja. Jadi, benar kata ratu Reyna. Perasaanku harus di nomor duakan. Aku harus memilih pendamping yang memang MAMPU menjadi raja. Bukan sekedar orang yang kucintai."

"Jadi menurutmu aku mampu?"

"Ya, aku sudah mempertimbangkannya dengan sangat matang, awalnya aku akan memilih Elden. Dia menguasai hampir semua ilmu sihir dan juga sangat cerdas. Tapi dia sangat impulsif dan tak bisa menahan diri. Jadi akhirnya, kaulah yang paling tepat Al, kau bijaksana, dewasa dan juga hebat dalam sihir. Aku yakin bersama kita bisa menyelesaikan kekacauan ini."

Alden terdiam merenungi kata-kataku.

"Kau tahu sebelum ini aku masih gadis kecil yang manja dan penakut Al. Aku yakin jika kau yang ada di sampingku, kau bisa membuatku berdiri tegak menghadapi apapun yang ada di depan sana."
"Lalu bagaimana dengan Daniel?"

"Dia tak akan mampu Al. Dia hanya akan melihatku. Memperhatikanku. Berfokus padaku. Seperti itulah dia. Dia akan mengkhawatirkanku dengan berlebihan dan mungkin akan melupakan rakyat dunia. Dia memang kekasih yang baik. Tapi dia tak akan menjadi raja yang baik."

Alden menghela nafas dengan berat. "Aku akan memikirkannya Kiara... Aku jemput keluargaku dulu.."

"Daniel pasti akan mengerti Al. Dia kekasih yang baik. Dia akan mengerti dengan keputusanku. Saat kau datang nanti, ku harap kau sudah punya jawabannya."

Alden mengangguk lemah dan segera menghilang ke dunia kegelapan.

Aku terpekur sendirian. Ini keputusan yang sangat berat untukku. Melepas orang yang ku cintai dengan sepenuh hati demi kepentingan dunia... Kenapa kehidupanku jadi seperti ini? Jika aku bukan seorang ratu, aku tinggal menjalani kehidupan bahagiaku bersama Daniel.

Tapi aku tak bisa menyalahkan takdirku kan? Jalan hidupku menjadi seperti ini pasti bukan tanpa alasan. Seperti yang ratu Reyna pesankan padaku. Yang harus ku lakukan sekarang adalah menjalani takdirku dengan sebaik mungkin.

"Kenapa melamun sayang?" Daniel menepuk bahuku pelan.

Aku memaksakan tersenyum padanya. Hatiku seperti sedang tertimpa satu ton jarum yang menghujam dalam. "Semua sudah berkumpul Dan?"

"Ya, tinggal menunggu keluarga Alden saja."

Aku memalingkan wajahku dari tatapan Daniel. Air mataku mendesak ingin keluar. Mataku terasa panas.

"Kamu baik-baik saja Kiara?" Daniel terlihat khawatir.

Aku hanya mengangguk lemah dan berjalan menuju orang-orang yang berkumpul di ruang tengah rumahku.

"Kenapa Alden lama sekali Kiara?" Tanya Caith tak sabar.

"Entahlah.." Jawabku sekenanya meski sebenarnya aku tahu betul apa yang membuatnya sangat terlambat.

Daniel merangkulku lembut. "Aku tahu kamu sedang tertekan sayang." Bisiknya pelan.

Tidak..... Aku tidak mampu bertahan lagi. Sekarang air mataku benar-benar meleleh. Bagaimana bisa aku mematahkan hati kekasihku seperti ini...

"Kiara kenapa menangis?" Veon terlihat khawatir.

Aku menghapus air mataku cepat. "Tidak apa-apa. Hanya sedikit tegang." Elakku.

Daniel membimbingku menuju teras lalu memelukku ringan. "Menangislah sayang. Itu lebih baik daripada aku harus melihat wajah anehmu menahan tangis seperti tadi."

Aku tertawa kecil mendengar candaannya.

"Kalian disini?" Alden berjalan mendekat ke arah kami. Aku melepas pelukan Daniel dengan enggan.

Aku memejamkan mata sejenak. Memantabkan hatiku yang sangat kalut. "Aku adalah sang ratu. Aku adalah sang ratu..." Aku menggumamkan kalimat itu berulang-ulang. Meyakinkan diriku sendiri bahwa keputusanku adalah benar.

"Bagimana Al? Kau sudah memutuskan?" Tanyaku to the point.

Alden memnadangku dalam. Dan Daniel memandangku bingung. Hujaman tatapan mata yang membuatku gentar.

"Ya, aku bersedia..." Alden berkata mantap.

Aku tersenyum samar mendengar jawabannya. Sekarang giliranku menjelaskan semua ini pada Daniel.

"Al, bisa tinggalkan kami berdua?"

Alden mengangguk mengerti dan langsung pergi menjauh dari kami. Daniel memandangku bingung.

"Ada apa Kiara?" Daniel mulai terlihat gelisah. Sepertinya dia sudah bisa merasakan ada yang tidak beres.

"Daniel..." Suaraku bergetar. Ini sangat berat untukku. "Aku minta maaf padamu..."

Daniel terlihat semakin bingung. "Ada apa sayang? Kenapa minta maaf?"

"Kamu mengerti kan kewajibanku sebagai seorang ratu? Aku harus lebih mementingkan rakyat dunia daripada perasaanku sendiri..."

"Iya Kiara lalu kenapa?" Potong Daniel tak sabaran.

"Aku mohon... Tolong mengerti situasiku.. Ini juga berat untukku sayang..."

"Kenapa Kiara?" sekarang kekasihku terlihat sangat khawatir.

" Kamu ingat kata-kata Elden bahwa aku harus menikah kan?"

"Iya aku ingat, jadi kamu mau kita menikah sayang?"

"Siapapun yang menikah denganku, dia akan menjadi seorang raja Daniel.. Ratu Reyna sudah memberiku petunjuk bagaimana menghadapi takdirku..."

Daniel terdiam, sepertinya dia mulai mengerti apa yang ingin ku katakan.

"Aku sudah memilih siapa yang akan jadi raja dan... dia adalah Alden. Aku minta maaf Daniel, tapi aku harus menggenapi takdirku. Mengesampingkan perasaan kita demi kedamaian dunia. Ini kewajibanku Daniel."

Wajahnya kaku, terlihat sekali Daniel sedang menahan emosinya.

"Maafkan aku Daniel, tapi kita harus berpisah. Aku harus menikah dengan Alden. Dialah yang bisa menjadi raja."

"Pergilah Kiara, aku butuh waktu sendiri." Pinta Daniel dingin.

Dadaku sesak, aku takut Daniel akan menjadi dingin seperti dulu lagi.

 Aku berjalan gontai menuju ruang tengah. Alden dengan sigap langsung meraihku, mendudukanku di kursi terdekat.

Aku tak bisa menahan tangis. Air mata terus meleleh tak berhenti. Semua orang memandangku bingung. Mempertanyakan apa yang terjadi padaku.

"Sudah Kiara, kau membuat semua orang kebingungan. Berhentilah menangis." Bisik Alden pelan.

Aku memandang Alden, mengatakan dengan mataku bahwa ini sangat menyakitkan.

"Aku tahu Kiara, aku tahu... Tapi memang ini yang harus kita tempuh." Alden mengusap kepalaku pelan. "Tegarlah ratuku. Dunia sedang menunggumu..."

Al benar. Aku tak boleh egois hanya memikirkan perasaan pribadiku saja. Ada dunia yang sedang menunggu untuk ku selamatkan. Begitulah Alden, selalu berpikir jernih.. Dia akan jadi raja yang terbaik.

Ku hapus air mataku. Menarik nafas dalam untuk menenangkan diriku. Aku harus kuat. Aku pasti bisa...

"Kiara..." Ketiga sahabatku datang. Aku memang meminta mama untuk memanggil mereka kesini. Mereka berhak tahu tentang pernikahanku.

"Apa yang terjadi? kenapa menangis?" Sarah memelukku lembut.

"Tunggu sebentar. Kalian akan mengetahuinya." Jawabku singkat.

Aku meminta semua orang duduk dengan tenang. Daniel sudah bergabung kesini. Meski dia sedikitpun tak melihat ke arahku. Aku tahu dia sudah menerima keputusanku. Ya, Daniel pasti mengerti keadaanku sekarang.

"Aku akan mengumumkan sesuatu pada kalian semua." Kataku mengawali pemberitahuan ini. Ku lihat semua orang mendengarkan dengan seksama.

"Seperti yang Elden katakan, aku harus menikah untuk bisa menjadi ratu sejati. Dan... Siapapun yang akan ku nikahi nanti, dia akan menjadi seorang raja. Maka dari itu, aku tak bisa memilih sembarang orang untuk menikah denganku..." Jeda sejenak, aku merasa dadaku kembali terasa berat.

Semua orang terlihat tegang menunggu perkataanku selanjutnya. Aku melirik ke arah Daniel, air mukanya tak terbaca. Dia hanya memandang ke luar jendela.

"Aku sudah memutuskan.... Aku akan menikah dengan..... Alden..."

Seketika ruangan menjadi berisik dan tak terkendali. Semua orang terlihat terkejut dengan keputusanku. Aku tahu. Bahkan aku sendiripun masih sangat shock dengan keputusan yang ku buat sendiri.

"Kiara... kau yakin?" Itu suara Veon. Dia terlihat pucat, dia melepaskan ku bersama Daniel karena dia tahu aku mencintainya. Sekarang dia harus mendengar aku bersama lelaki lain lagi.

"Sangat yakin." Jawabku mantap. Aku tak ingin mereka meragukan keputusanku dan berada dalam kebimbangan. Kami harus kuat.

"Al, bagaimana denganmu?" Raja Anthony bertanya pada putranya. Aku melihat kebahagiaan di matanya.

"Aku menyanggupi permintaan Kiara." Jawab Alden berwibawa.

 "Kiara....??? Tega sekali!!!!" Sarah memandangku tajam lalu segera pergi keluar rumah. Aku tahu dia marah Dia merelakan Daniel untukku, tapi sekarang aku malah menyakiti Daniel. Vina dan Vani yang bingung harus berbuat apa memilih pergi mengikuti sarah yang terlihat emosi.

Kulihat ayah Daniel merangkul Daniel lembut. Menenangkan anaknya. Mereka pasti bisa mengerti keadaanku makanya mereka terlihat baik-baik saja.

"Jadi bagaimana selanjutnya nak?" Tanya papa pengertian.

"Kita adakan upacara pernikahan secepatnya. Besok kalau perlu. Bagaimana menurutmu Al?" Tanyaku.

"Ide bagus, lebih cepat lebih baik." Jawab Al singkat.

"Aku permisi dulu." Daniel berkata tanpa memandang kami dan langsung pergi meninggalkan rumah. Tak ada yang mencoba menghentikannya. Semua orang tahu bagaimana perasaan Daniel sekarang.
Hatiku sendiri berdarah. Aku juga terluka. Jika saja Daniel mau lebih tegar demi diriku. Aku juga tidak menginginkan kenyataan ini. Tak bisakah dia berpura-pura baik-baik saja demi aku? Aku benar-benar butuh dukungannya sekarang. Bagaimanapun Daniel lah orang yang kucintai sepenuh hati. Dia tahu benar hal itu.

- - - - - - - - - -


Daniel POV


"Jadi begini yang namanya patah hati?"

Aku merasa dadaku terbakar oleh api yang tak bisa ku lihat. Panas... Menyakitkan... Perih...

Baru saja aku merasakan kebahagiaan, sekarang aku harus menghadapi hal ini. Ini bukan sekedar putus! Dia mau menikah dengan pria lain. MENIKAH!!!

 Apa sebenarnya yang dipikirkan Kiara? Apakah dia harus sepatuh itu dengan apa yang di katakan ratu Reyna? Dia juga belum tentu benar. Bukankah saat dalam kekuasaan ratu Reyna dunia juga berada dalam perang hebat? Kenapa kebahagiaan kita harus dikorbankan Kiara?

Ya aku memang egois! Tapi itu karena aku mencintaimu. Sangat...

Tak bisakah kau tanya dulu bagaimana pendapatku Kiara?

Ini benar-benar menyesakkan! Aku benci perasaan ini...

"Daniel..." Terdengar seseorang memanggilku dari arah belakang.

Oh, ku harap saat aku membalikkan tubuhku, ku lihat Kiara disana. Datang untuk mengatakan bahwa semua itu hanya kekeliruan saja.

"Kamu nggak apa-apa?" Sarah berdiri disana. Memupuskan harapanku yang membumbung tinggi.

Aku tak mau repot-repot tersenyum untuk menutupi perasaanku sekarang. Aku tahu sarah memendam perasaan padaku. Tapi, tak bisakah dia membuang perasaannya saat aku sudah memutuskan untuk bersama Kiara?

Aku hanya mengangguk kecil dan berlalu pergi meninggalkannya. Apa menurut kalian aku kejam? Mungkin ya. Tapi aku tidak peduli. Perasaanku sendiri sedang sangat kacau. Kenapa aku harus memikirkan perasaan orang lain.

- - - - - - - - - - - -


Author POV


"Apa...?? Kenapa dia selalu sedingin itu kepada orang lain? Apa hanya Kiara yang berhak mendapat perlakuan lembut darinya?"

Sarah mengusap sebutir air mata yang menetes di ujung matanya. Di tatapnya punggung Daniel yang berjalan menjauh darinya.

"Daniel.... Tak bisakah kamu lihat betapa aku sangat mencintaimu?" Sarah mengepalkan kedua tangannya, menahan perasaan sakit yang menghujam jantungnya.

"Aku yang ada disini Daniel, bukan Kiara. Aku yang mengkhawatirkan perasaanmu, bukan Kiara. Kenapa semua orang selalu hanya menatap Kiara? Ada aku disini!!!"

Sarah berbalik dan berjalan pulang dengan langkah gontai. Perasaannya hancur.

"Kiara..." Geramnya marah. "Aku merelakan Daniel untuk bersama denganmu bukan untuk kau sakiti seperti ini. Kenapa kamu tak bisa menghargai apa yang sudah kamu miliki Kiara? Apa kau sebangga itu menjadi ratu sampai berbuat sekehendak hatimu seperti ini?" Sarah benar-benar diliputi kemarahan pada Kiara. Wajahnya merah padam.

"Hai cantik...." Sebuah suara mengagetkan Sarah yang berjalan sendirian.

Sarah menoleh ke arah sumber suara. Dia sedikit terhenyak melihat sosok yang ada di hadapannya. Sungguh dia adalah orang tertampan yang pernah dilihatnya seumur hidup. Bahkan si keren Elden pun tak bisa menandingi pesona sosok yang ada di hadapannya sekarang.

"Lo ngomong sama gue?" Tanya sarah lantang.

"Yes dear, siapa lagi? disini hanya ada kita berdua." Lelaki itu mengedipkan matanya menggoda.

"Heh! Gue bukan cewek murahan ya. nggak usah godain gue!" Sarah membentak galak. Ya, dia memang tomboy.

"Apa aku terlihat menggoda. Aku kesini untuk membantumu manis." Dia berjalan mendekat ke arah sarah. Menatap tajam gadis itu dengan mata biru nya yang memabukkan.

"Apa maksudmu?" Sarah terlihat mulai tertarik. Entah pada penawaran pemuda itu atau pada ketampanan fisiknya.

"Bagus." Lelaki itu tersenyum senang melihat reaksi sarah. "Bagaimana kalau aku menawarkan kekuatan besar padamu sarah? Kekuatan yang membuatmu mampu menandingi Kiara? Kau membencinya kan? Dia sudah merebut orang yang kau cintai lalu membuangnya begitu saja. Bukankah dia sangat jahat?"

Sarah terlihat terpancing dengan kata-kata orang itu. Dia memang sedang terbakar amarah pada Kiara. Dan tawaran itu sangat menarik baginya.

"Bergabunglah denganku sarah... Aku akan membuatmu menjadi ratu kami. Agar kau bisa mengalahkan Kiara dan mendapatkan Daniel. Bukankah itu sangat menyenangkan." Lelaki itu terus merayu sarah. Mempengaruhinya.

"Memangnya Lo siapa?"

" Aku? Aku orang yang bisa mewujudkan semua yang kau inginkan. Apapun itu. Aku sama seperti pangeran Alden." Orang itu tak berhenti menebarkan pesona yang memabukkan. Membuat semua orang tak akan mampu menolaknya.

"Jadi, lo itu iblis?"

"Ya, tapi aku jauh lebih kuat daripada Alden sarah. Percayalah padaku. Aku bisa mewujudkan keinginanmu."

Sarah tersenyum simpul mendengar perkataan iblis itu. "Ya, asal kau mambantuku menghancurkan Kiara..." Seringai jahat terkembang di wajah dua orang itu...

* * * * * * * * * * * *


To be continue...